Merauke, Jubi TV – Sejumlah petani di Kabupaten Merauke terancam mengalami kredit macet akibat gagal panen padi. Pemerintah setempat telah bernegosiasi dengan pihak perbankan supaya mereka memberi keringanan pembayaran kredit kepada para petani.
Bupati Romanus Mbaraka menyatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Merauke telah bertemu pimpinan Bank Rakyat Indonesia (BRI) setempat untuk mencari solusi terhadap penyelesaian kredit macet para petani. Pihak BRI pun bersedia menjadwal ulang skema pembayaran kredit.
Menurutnya, para petani juga akan mencari pinjaman kepada pihak ketiga untuk mengangsur Kredit Usaha Rakyat (KUR) tersebut. Setelah itu, BRI akan memberikan kembali pinjaman KUR sebagai modal petani untuk musim tanam berikutnya.
“Jadi, itu dua cara yang kami tempuh. Mudah-mudahan cara ataupun keputusan-keputusan ini membantu petani dalam mengelola lahan pertanian, terutama menyongsong musim tanam kedua,” kata Mbraka dalam konferensi pers, Sabtu (4/5/2024).
Berdasarkan laporan sementara yang diterima Mbaraka, gagal panen terjadi di hampir seluruh sentra penanam padi di Kabupaten Merauke, seperti Tanah Miring, dan Kurik. Adapun rata-rata nilai pinjam KUR sebesar Rp100 juta hingga Rp500 juta setiap petani.
“Gagal panen terjadi hampir di semua sentra pertanian di Kabupaten Merauke. Kami bersyukur kepala kampung di Tanah Miring proaktif membantu petani sehingga kami bisa mendapatkan solusinya untuk di seluruh Kabupaten Merauke,” kata Mbaraka.
Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Merauke masih mendata luas lahan sawah beserta jumlah yang mengalami gagal panen. Setelah pendataannya rampung, Pemkab Merauke juga akan mensubsidi permodalan petani.
“Besok [Minggu], kami mengumpulkan gapoktan-gapoktan [gabungan kelompok tani] untuk pengambilan datanya. Kami akan analisis [guna memastikan] bahwa itu betul-betul gagal panen. Selanjutnya, [petani pemilik sawah] direkomendasikan untuk mendapatkan subsidi pemerintah,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Merauke Josefina Loise Rumaseuw.
Dia mengatakan gagal panen merupakan dampak anomali cuaca. Awal tahun yang seharusnya musim kemarau justru menjadi musim penghujan. Akibatnya, banjir menggenangi sebagian besar sentra pertanian padi di Merauke. Kondisi itu makin diperparah oleh serangan wereng coklat dan wereng punggung putih sehingga petani gagal memanen padi mereka.
“Seharusnya saat-saat ini musim panas [kemarau], tetapi ternyata terjadi anomali cuaca. Intensitas hujan sangat tinggi sehingga banjir terjadi di mana-mana,” ujar Rumaseuw.
Dinas Tanaman Pangan Merauke menargetkan penanaman padi seluas 63 ribu hektare pada tahun ini. Perinciannya, seluas 36 ribu hektare pada musim tanam pertama atau rendengan, dan 27 ribu hektare pada musim tanam kedua atau gadu.
Menurut Rumaseuw, penanaman padi pada musim rendengan terealisasi seluas 31 ribu hektare. Seluas 17.600 hektare, di antaranya telah dipanen.
“Pemanenan masih berlangsung saat ini. Kami juga telah mengantisipasi serangan hama dengan melakukan penyemprotan [insektisida] pada 30 ribu hektare lahan [persawahan],” kata Rumaseuw. (*)
Artikel ini sudah terbit di jubi.id