Nabire, Jubi TV– Jalan raya di kota Dogiyai terlihat macet pada Senin (6/5/2024). Jalanan yang biasanya tidak terlalu ramai itu macet bukan karena konvoi partai atau ada kecelakaan, melainkan ada aksi menarik dari puluhan siswa SMA Negeri 2 Dogiyai. Mereka menandu dan mengarak kepala sekolah mereka di jalan raya.
Aksi unik itu menyedot perhatian karena sebagian siswa telah mengecat seragam putih mereka dengan cat Pilox serupa motif bendera Bintang Kejora. Saking senangnya para pelajar yang baru dinyatakan lulus itu, mereka mengarak Sang Kepsek Bapak Fredy Yobee yang duduk bagaikan kepala suku. Mereka mengarak Bapak Yobee berkeliling dari sekolah menuju ke arah pasar Moanemani dan kembali ke sekolah.
SMA Negeri 2 Dogiyai di Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah mengumumkan kelulusan siswa Kelas III pada Senin (6/5/2024). Usai mendengar mereka lulus 100 persen, para siswa euforia mewarnai baju mereka dengan motif Bintang Kejora. Mereka membuat tandu dari kursi dan meminta kepala sekolah naik, lalu mengarak di jalanan.
Aksi siswa-siswi SMA Negeri 2 Dogiyai ini kemudian menjadi viral di platfom media sosial. Entah itu apresiasi bangga, maupun respon lainnya.
Salah seorang siswa, Melkias Yobe menceritakan kepada Jubi, pihaknya melakukan konvoi dengan menandu Bapak Kepala Sekolah dan mengecat baju seragam mereka dengan motif Bintang Kejora karena gembira dinyatakan lulus Ujian Nasional.
“Tadi pihak sekolah telah mengumumkan hasil kelulusan, kami semua dinyatakan telah lulus 100 persen dengan murid berjumlah sekitar 170 siswa di SMA Negeri 2 Dogiyai dari dua jurusan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial,” katanya kepada Jubi melalui Messenger.
Yobe mengatakan ia dan teman-temannya melakukan aksi tersebut karena rasa bahagia.
“Kebahagiaan, rasa bersyukur, dan tanda terima kasih mereka dapat menunjukkan kepada seluruh masyarakat Dogiyai yang ada di sekitar kota Moanemani dengan budaya Mee (yuu waitai),” katanya.
Yobe mengatakan, pihaknya melakukan aksi coret baju karena sebagai kenang-kenangan.
“Kami mencoretkan coretan di baju mereka, demi meninggalkan kenangan dan semangat untuk perjuangan hidup. Kali ini juga beberapa anak menunjukkan baju Bintang Kejora yang selama ini dijuluki sebagai bendera West Papua,” ujarnya.
Yobee mengatakan para siswa melakukan hal itu karena perjuangan Papua.
“Kita berjuang dan juga menentukan nasib sendiri kita tidak bisa diam-diam karena kita akan hidup dan mati di tanah kita sendiri,” katanya.
Salah seorang guru yang enggan disebutkan Namanya membenarkan ada aksi tersebut.
“Tadi ada siswa-siswi yang melakukan konvoi menandu kepala sekolah keliling Mowanemani,” ujarnya. “Kegiatan pencoretan baju itu di luar dari ekspektasi kami, kami juga terkejut setelah anak-anak datang dengan bajunya sudah dicoret Bintang Kejora,” tambahnya.
Jubi.id mencoba menghubungi kepala sekolah untuk mendapatkan cerita terkait aksi itu, namun masih belum ada balasan sampai berita ini dimuat.
Di Nabire: Konvoi siswa dapat pukulan aparat
Aksi kelulusan juga dirayakan siswa SMA di Nabire. Direktur Lembaga Bantuan Hukum Talenta Keadilan Papua (LBHTKP) Richard Dannya Nawipa menyampaikan kepada Jubi, siswa-siswi SMA yang hendak merayakan kelulusan dari berbagai sekolah di Nabire, Papua Tengah dengan konvoi di jalan raya dipukul aparat kepolisian berpakaian preman di sekitar Bumi Wonarejo, Nabire Barat, Papua Tengah pada Senin (6/5/2024).
“Benar saya mendapatkan informasi terkait dengan penangkapan terhadap adik-adik SMA yang turun pawai kebahagiaan setelah mendengar kelulusan mereka. Siswa-siswi ini dari berbagai sekolah di Kabupaten Nabire,” kata Nawipa kepada Jubi, Senin (6/05/2024).
Nawipa mengatakan, kurang lebih sembilan orang pelajar dikejar oleh dua polisi berpakaian preman dengan kendaraan roda dua. Lokasi pengejaran dari Maejid Wonorejo ke Wonorejo Bawah.
“Dua polisi tersebut menembak empat peluru tajam ke arah pelajar yang lari dan masyarakat nonton empat kali. Tidak lama kemudian ada dua mobil datang, yang pertama patroli memuat anggota polisi dan yang lain mobil Avanza. Dalam mobil Avanza terlihat anak-anak sekolah yang dapat tangkap dan memasukkan ke dalam mobil dalam jumlah cukup banyak,” katanya.
Nawipa melanjutkan, polisi yang masuk tadi menangkap empat orang laki-laki dan dua orang perempuan di sekitar Wonorejo. Mereka dibawa, dipukul sampai pingsan di sebelah kosan pendatang di Wonorejo Belakang, tempat orang bermain WiFi.
“Ketika saya mau ambil foto penangkapan namun diancam polisi. Perempuan yang dapat pukul sadis foto dibawa ini bernama Mince Heluka, yang lain belum terindentifikasi. Saat ini mereka ditangkap dibawa ke ke Polres Nabire,” katanya.
Nawipa mengatakan, pihaknya masih melakukan pendampingan terhadap korban yang notabene adalah siswa-siswi yang barusan lulus SMA.
“Saya akan update data-data korban dan adik-adik yang dapat tangkap dan berada di Polres Nabire,” katanya.
Hingga berita ini dimuat Jubi masih berusaha mengkonfirmasi ke Polres Nabire.
Manokwari: Siswa lulus seperti diwisuda
Perayaan kelulusan berbeda berlangsung di Manokwari, Provinsi Papua Barat. Di SMA YPK Oikumene Manokwari siswa yang lulus diwisuda bagaikan prosesi wisuda Sarjana.
Tahun ini sebanyak 193 siswa SMA YPK Oikumene Manokwari berhasil lulus. Mereka terdiri dari 12 kelas. Sekolah mengadakan prosesi kelulusan layaknya wisuda Mahasiswa Strata Satu (S1) perguruan Tinggi. Masing-masing siswa dipanggil ke depan menerima map hasil ujian dan dikalungi medali tanda kelulusan di leher oleh kepala sekolah. Acara itu berlangsung di aula sekolah pada Senin (6/5/2024).
“Ini merupakan pertama kali dan hal sangat positif bagi kami orang tua untuk mencegah konvoi dan coret-coretan baju,” kata Otis Worio, orang tua siswa yang tamat pada tahun ajaran 2023/2024 di SMA YPK Oikumene Manokwari.
Alumni SMA Yayasan Pendidikan Kristen YPK Oikumene tahun 90-an itu mengaku baru tahun ini digelar pengumuman kelulusan siswa dengan cara seperti wisuda di Kampus.
Obeth Kauyen, alumni 80-an SMA YPK Oikumene mengaku bangga melihat prosesi kelulusan yang digagas pihak sekolah pada 2024 ini. “Kalau kitorang lihat tahun sebelumnya momen kelulusan dijadikan ajang coret-coretan, padahal pakaian sekolah kan masih bisa di pakai oleh adik-adik,” kata Obeth.
Kepala SMA YPK Oikumene Anthonius Allo SPd bertindak mengalungkan para siswa dan siswa setelah menerima map kelulusan.
“Keputusan kelulusan berdasarkan rapat dewan guru dan para wakil kepala sekolah serta wali kelas,” kata Anthonius .
Ada dua jurusan di SMA YPK Oikumene Manokwari, yakni IPS dan IPA.
Rasyedi Marisan, siswa Kelas XII IPA 2 mengatakan tidak akan melakukan aksi coret-coretan baju setelah mendengar hasil kelulusan. Ia dipercaya mewakili teman-temannya menyampaikan terima kasih atas dedikasi dan pengajaran dari guru selama sekolah dan tamat di SMA YPK.
“Ucapan terima kasih atas pengajaran dan dedikasi para guru selama ini kepada kami,” kata Remaja yang sejak kecil tinggal dan diasuh oleh neneknya di Manokwari
Marisan mengaku sudah menentukan pilihan setelah menamatkan SMA, yakni melanjutkan kuliah dengan mendapatkan beasiswa Sampurna University dan saat ini telah mengikuti tes masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). “Puji Tuhan saya dapat beasiswa, juga sedang ikut tes masuk STAN,” ujarnya.
SMA YPK Oikumene Manokwari Papua Barat melahirkan para alumnus yang saat ini berada di berbagai bidang. Sebut saja Rektor Universitas Papua Dr Meky Sagrim, bupati Manokwari Selatan, dan sejumlah pejabat Orang Asli Papua yang tersebar di Tanah Papua dan juga luar Papua.
“Inisiatif untuk membuat acara ini dari kami orang tua murid dan pihak sekolah. Sumber dana dari kegiatan ini yakni orang tua kumpul Rp50 ribu dan juga membawa menu makanan dari rumah masing-masing,” kata Ketua Panitia Maurid Upuya.
Hadir dalam acara tersebut para dewan guru dan orang tua siswa, serta wakil dari Dinas Pendidikan Kabupaten Manokwari. (*)
Artikel ini sudah terbit di Jubi.id