Jayapura, Jubi – Terdegradasinya Persipura Jayapura dari kasta tertinggi membuat sejumlah pihak merasa bersedih.
Generasi Persipura di era 1993 yang membawa tim ini promosi untuk pertama kalinya ke Liga Utama, termasuk yang bersedih.
Fernando Fairyo, salah satu legenda dan mantan kapten Persipura yang ikut berjasa membawa tim Mutiara Hitam promosi pada 1993, mengatakan bahwa ketika mendengar mantan timnya terdegradasi, ia dan rekan-rekannya sempat merasa kecewa dan larut dalam kesedihan.
Legenda yang akrab disapa Nando itu mengaku, perjuangan mereka dulu seakan menjadi sia-sia.
“Waktu Persipura degradasi itu saya sedang berada di Jakarta, begitu tahu kabar itu saya bersedih dan menitikkan air mata. Saya sebagai salah satu pemain dari 14 orang pemain yang pada 1993 membawa Persipura kembali ke kompetisi utama atau kasta tertinggi,” kata Nando dalam diskusinya bersama Jubi TV, Sabtu (9/4/22).
“Setelah kemarin Persipura terdegradasi, teman-teman kami yang ikut berjasa waktu promosi dulu itu semua berkomunikasi dan mengatakan bahwa mereka kecewa dan perjuangan mereka sia-sia, setiap orang memang ada masanya, dan kita tidak bisa bandingkan masa kita itu dengan masa yang sekarang,” tambahnya.
Nando mewakili generasinya tak menampik jika kenyataan itu menimbulkan kesedihan yang mendalam. Pasalnya, degradasi bertolak belakang dengan sejarah besar tim Persipura sebagai peraih empat gelar juara Liga Indonesia.
“Saya bersedih, apalagi lihat Bali United naik ke podium sebagai juara dan di saat bersamaan Persipura harus turun kasta. Itu merupakan sebuah kesedihan bagi kita,” ungkap Nando.
Kendati begitu, Nando tetap mengapresiasi perjuangan para juniornya yang sudah berjuang habis-habisan hingga berakhirnya kompetisi.
Ia berharap, terdegradasinya Persipura bisa menjadi pemicu motivasi bagi skuad Mutiara Hitam agar bisa cepat kembali ke Liga 1.
“Para pemain juga sudah berjuang maksimal dan hasil itu harus tetap kita terima dan kenyataan yang harus kita hadapi bersama. Kita harus menerima kenyataan itu, karena peraih juara juga pernah terdegradasi, seperti PSIS Semarang juga pernah mengalami hal yang sama, dan juga Sriwijaya FC,” ungkap Nando.
“Ini harus menjadi pemicu bagaimana kita harus mengelola klub ini dengan baik, karena Persipura semua orang menganggap sebagai harkat dan martabat juga simbol orang Papua. Yang perlu dilakukan saat ini adalah fokus mengembalikan Persipura ke Liga 1,” sambungnya.
Sementara itu, penerus Fernando Fairyo Cs, Eduard Ivakdalam juga menyebut terdegradasinya Persipura menjadi momen yang tepat untuk berbenah. Menurut Edu, Persipura tak boleh ketinggalan zaman.
“Bagi saya sendiri, ini semua sudah jadi kehendak Tuhan, sehingga harus ada evaluasi yang baik dari manajemen, pelatih dan pemain sehingga ke depan kita harus lebih maju lagi, kita bicara ke arah profesional, itu lebih penting karena dengan begitu saya pikir akan membuat tim kita lebih baik lagi. Harus mengikuti tren yang modern, jangan ketinggalan karena seluruh tim sudah berbenah dan semua bergerak ke arah profesional dan modern,” kata Edu. (*)
Artikel ini telah terbit di Jubi.id dengan judul Persipura terdegradasi, generasi 1993 merasa perjuangan mereka sia-sia