Jayapura, Jubi – Mahasiswa Papua yang belajar di luar negeri sudah menerima biaya pendidikan maupun biaya hidup, termasuk mahasiwa di Jepang. Presiden Pelajar Mahasiswa Papua di Jepang, Meilani Ramandey menyatakan sebanyak enam (6) mahasiswa yang mengambil jenjang pendidikan S1 berjumlah 1 orang, S2 ada 4 orang dan S3 1 orang, sudah mendapat hak mereka.
Ramandey menerangkan perihal pengiriman biaya tahun ajaran 2022 yang dikirim pemerintah provinsi Papua lewat BPSDM kepada pihak ketiga (agen) sudah dilakukan pada 31 Maret 2022 lalu, dan masuk di bank Jepang (rekeining agen) pada 1 April 2022.
Ramandey menjelaskan mekanisme pembayaran beasiswa dari pihak BPSDM ditransfer langsung ke rekening mahasiswa Papua yang menimba ilmu di negeri berjuluk Matahari terbit itu dipegang oleh pihak agen.
Kemudian per 3 bulan, uang saku akan dikirim ke mahasiswa. Sedangkan biaya kuliah akan dikirim ke masing-masing mahasiswa sesuai jadwal pembayaran tuition fee (biaya kuliah) tiap universitas. Selanjutnya mahasiswa per bulan membuat laporan keuangan atau tagihan untuk akomodasi dan lain-lain.
“Mekanisme pengiriman sudah full (penuh) 1 tahun anggaran beasiswa. Tapi proses atau mekanisme pengiriman dari pihak agen ke kami mahasiswa itu tiap per 3 bulan, jadi yang sudah diterima 3 bulan, sisa 9 bulannya ada di agen untuk dikirim per 3 bulan selanjutnya dalam tahun ajaran 2022,” ujarnya kepada Jubi melalui pesan whatsapp beberapa waktu lalu.
Ramandey, yang akan menyelesaikan program doktornya pada jurusan Biologi Kelautan dan Ilmu Lingkungan, Universitas Miyasaki itu mengatakan, dari agen sudah melakukan pengiriman ke pihak mahasiswa dengan regulasi 3 bulan per satu kali pengiriman untuk biaya hidup atau uang saku yang mencakup uang makan dan kebutuhan sehari-hari.
Ia menyampaikan untuk biaya hidup yang diterima per bulan bernilai 70.000 Yen atau 530 dolar Amerika atau setara dengan Rp7,5 juta. Sehingga total per 3 bulan yang diterima sebesar 210.000 Yen atau 1.590 dolar Amerika setara dengan Rp22,5 juta.
Untuk uang kuliah atau uang semester dikirim awal Mei, menyesuaikan jadwal pembayaran masing-masing mahasiswa tiap universitas. Ramandey menyatakan biaya pendidikan untuk tiap universitas, baik negeri dan swasta berbeda-beda. Ia mencontohkan di kampusnya sendiri merupakan universitas negeri sehingga biaya per semesternya sebesar 267.900 Yen atau setara Rp28,7 juta.
“Uang semester biasanya dibayar dengan sistem penarikan langsung lewat rekening oleh pihak kampus atau kami mahasiswa yang withdraw cash dan membayar secara cash, dengan bukti pembayaran akan di scan dan dilaporkan ke pihak agen untuk dokumentasi data pengeluaran tiap tahun,” katanya.
Ramandey menyampaikan untuk pembayaran akomodasi dan gas, listrik, air dan asuransi Kesehatan maupun biaya buku serta perjalanan studi, biasanya mahasiswa membayar duluan tiap bulan pakai uang saku dan menyimpan semua bukti pembayaran dan membuat laporan tagihan tiap bulan kepada pihak agen. Dan dari agen akan mengganti uang akomodasi dan lain-lain tersebut sesuai dengan jumlah akurat sesuai bukti kwitansi yang tertera dalam laporan tagihan mahasiswa.
“Kami di Jepang selama belum ada pengiriman dari BPSDM, agen yang menanggulangi dengan uang pribadi dari Januari-April. Setelah menerima kiriman dari BPSDM pada 1 April 2022. Pada 8 April 2022 setelah pihak agen menyusun perencanaan biaya untuk tiap mahasiswa lalu agen mengirim biaya hidup dua bulan,” katanya.
Ramandey menyampaikan mahasiswa Papua di Jepang sudah menyerahkan laporan dan tagihan untuk biaya tahun ajaran 2022 sejak 23 Agustus 2021. Hal ini rutin dilakukan tiap tahun dari pihak agen ke pihak BPSDM Papua.
Ia menyampaikan pada Oktober 2021 sampai Februari 2022 pihak agen harus meminta tolong perwakilan yang ada di Jayapura untuk ke kantor BPSDM karena tidak ada respon balik via email dari pihak BPSDM kepada pihak agen.
“Jadi komunikasinya satu pihak saja dari pihak agen ke BPSDM. Saya juga baru saja menerima info kwitansi dari BPSDM via whatsapp pada Rabu (27/04) dan sudah saya sampaikan ke pihak agen,” ujarnya.
Ramandey berharap dari pihak BPSDM paling tidak ada komunikasi yang aktif dengan pihak agen seperti interaksi lewat email. Di Jepang dengan budayanya secara profesional harus ada interaksi aktif, misalnya dikirim laporan ke BPSDM paling tidak ada balasan email bahwa laporan tersebut sudah diterima.
“Agen kami bisa bahasa Indonesia dan juga Inggris jadi menurut kami untuk komunikasi aktif dengan pihak agen harusnya tidak ada kendala via email. Jadi pihak agen juga tahu bahwa laporannya sudah sampai dengan pasti,” katanya.
Pemprov Papua Alokasi Rp300 Miliar
Sebelumnya Kepala Badan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Papua, Aryoko F. Rumaropen mengatakan pembayaran bersumber dari alokasi dana cadangan sebesar Rp300 miliar milik pemerintah pProvinsi Papua.
Pembayaran ini dilakukan setelah Gubernur Lukas Enembe melalui Sekda Papua memerintahkan BPSDM menyiapkan dokumen administrasi terkait pembayaran biaya hidup dan pendidikan para mahasiswa tersebut.
“Sudah empat bulan kita menunggu terkait dengan pencairan dana otonomi khusus tetapi baru di hari Senin (25/4/2022) dana otsus itu ada. Tanpa menunggu dana otsus bapak Sekda telah mengambil kebijakan lain dengan menggunakan dana cadangan Pemprov Papua. Dana cadangan itu kami gunakan untuk membayar biaya pendidikan dan biaya hidup mahasiswa di lima negara tersebut,” ujarnya.
Rumaropen menjelaskan proses pembayaran dilakukan secara bertahap telah dimulai pada Jumat 22 April 2022. Rumaropen menyampaikan telah melakukan pembayaran terlebih dahulu bagi mahasiswa di Jepang pada Jumat 22 April 2022, dilanjutkan pada Senin 25 April 2022 bagi mahasiswa di Selandia Baru, mahasiswa di Australia pada Selasa 26 April 2022, dilanjutkan mahasiswa di Amerika Serikat pada Rabu 27 April dan selanjutnya mahasiswa Papua di Kanada.
“Dalam minggu ini semua persoalan (pembayaran biaya pendidikan dan biaya hidup) itu bisa terselesaikan,” kata Rumaropen kepada wartawan di Jayapura, Selasa (26/4/2022).
Rumaropen menjelaskan pembayaran berbeda-beda disesuaikan dengan lokasi studi para mahasiswa Papua. Ia mencontohkan bahwa mahasiswa yang berstudi di dalam negeri dibayarkan per semester, sementara mahasiswa yang berkuliah di luar negeri ada yang dibayarkan per semester, 4 bulan, 6 bulan dan satu tahun.
“Kita bayar menurut tagihan dari kampus. Kalau di Amerika Serikat seluruhnya kita bayar empat bulan. Mereka ikuti kuartal bukan semester. Di Australia kita (Pemprov Papua) bayar per semester dan di Selandia baru ada yang kita bayar satu tahun,” kata Rumaropen merinci. (*)