Jakarta, Jubi TV –Universitas Cendrawasih atau Uncen bersama Universitas Musamus Merauke dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) berkolaborasi dalam upaya mencegah kebakaran lahan gambut yang kerap berulang di Kampung Sumber Rejeki, Papua Selatan.
“Harapannya, melalui kajian yang kami dapatkan di lapangan ini mendorong berbagai pihak, khususnya dalam hal ini BRGM dan perguruan tinggi untuk terus bersinergi menindaklanjuti hasil temuan kami di lapangan,” ujar Ketua Tim Penelitian Kebakaran Berulang di Kampung Sumber Rejeki Papua Selatan Basa T. Rumahorbo dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (30/12/2023) dilansir Antara.
Kejadian kebakaran yang terjadi setiap musim kemarau di Kampung Sumber Rejeki yang terletak pada Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG) Sungai Kumbe-Sungai Bian menimbulkan keresahan masyarakat.
Kebakaran tersebut berdampak, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun penurunan kualitas lingkungan, terutama pada fungsi gambut sebagai stabilisator iklim dan penunjang kehidupan.
Berkaca pada dampak tersebut membuat dua universitas dan BRGM melakukan kajian untuk mencari akar masalah terjadinya kebakaran berulang, solusi dan tindak lanjut untuk mencegah terjadinya kebakaran berulang.
Dari hasil penelitian, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kebakaran tersebut. Pertama, faktor alam. Saat terjadi musim kemarau yang panjang telah menyebabkan tinggi air tanah pada lahan gambut berada lebih minus 0,6 meter, menyebabkan material di atasnya menjadi kering, mudah terbakar.
Kedua, faktor sosial budaya. Masyarakat tradisional masih sering menyiapkan lahan untuk kegiatan berburu, dilakukan dengan cara membakar. Hal yang sama juga dilakukan petani umumnya, untuk penyiapan lahan tanam berikutnya.
Ketiga, faktor ekonomi, masyarakat dalam pembersihan lahan masih menganggap menjadi cara dengan biaya termurah, membuka dan penyiapan lahan untuk melakukan penanaman.
Masyarakat setempat melakukan pembukaan lahan melalui pembakaran lahan menjadi salah satu pemicu kebakaran lahan gambut di Kampung Sumber Rejeki. Hal ini diperparah dengan pengetahuan masyarakat setempat terkait lahan gambut dan dampaknya apabila terbakar.
Basa T. Rumahorbo memaparkan beberapa solusi untuk mencegah terjadinya kebakaran di kampung ini.
Pertama, melakukan pemetaan wilayah gambut yang ada di wilayah Kampung Sumber Rejeki. Kedua, melakukan sosialisasi tentang peranan, fungsi dan jasa lingkungan dari gambut.
Ketiga, memanfaatkan lahan yang tidak produktif, dengan melakukan penanaman kembali. Keempat, Pelibatan masyarakat dan stakeholder dalam program pencegahan dan penanggulangan kebakaran, melalui pembangunan infrastruktur pembasahan gambut.
“Serta pengkajian dan pengembangan program kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal bersama dengan perguruan tinggi,” kata dia.
Kepala Kelompok Kerja Teknik Restorasi BRGM, Agus Yasin mengatakan melalui kerja sama tersebut menjadi ikhtiar dalam mengakhiri kebakaran gambut yang kerap berulang.
“Setelah ini, kami akan menindaklanjuti hasil kajian tersebut dengan menyesuaikan adat dan kebiasaan di Kampung Sumber Rejeki ini,” kata Agus.
BRGM bersama para pakar dari Universitas Cenderawasih dan Universitas Musamus Merauke merumuskan beberapa program tindak lanjut yang diharapkan dapat menjadi solusi menghentikan kebakaran berulang pada KHG Sungai Kumbe-Sungai Bian.
Upaya-upayanya meliputi sosialisasi, pembuatan papan larangan di tempat strategis berbagai tempat di sekitar kampung. Pembuatan sekat bakar berupa tanaman produksi antara lahan pertanian dan hutan.
Kemudian, pembentukan Perkam (Peraturan Kampung) terkait larangan kebakaran hutan, pengkajian dan pengembangan program kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal, hingga pembentukan satgas kebakaran hutan di tingkat kampong berupa MPA (masyarakat peduli api).
Dengan adanya langkah tersebut, diharapkan dapat menjadi solusi penanggulangan terjadinya kebakaran berulang di KHG Sungai Kumbe- Sungai Bian di Kabupaten Merauke Provinsi Papua Selatan.(*)