Jayapura, Jubi TV – Koordinator Jaringan Damai Papua atau JDP Septer Manufandu mengimbau kepada semua pihak yang berkepentingan agar menyelesaikan konflik di Tanah Papua dengan cara berdialog.
Manufandu menegaskan hal itu kepada calon reporter Jubi saat menjadi pemateri di Sekolah Jujur Bicara, Jalan Taruna Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Selasa (28/11/2023).
Septer Manufandu menjelaskan bahwa konflik yang terjadi di Tanah Papua ini sudah berlangsung kurang lebih selama 50 tahun. Dan konflik itu terjadi hampir di semua daerah di Tanah Papua yang melibatkan kelompok “Papua Merdeka harga mati” dan “NKRI harga mati” sehingga menyebabkan terjadinya pertumpahan darah. JDP telah sejak lama berinisiatif menawarkan jalan dialog untuk menyelesaikan persoalan tersebut tanpa harus baku tembak atau baku bunuh.
“Dialog itu kan berbicara, bukan saling membunuh atau menyakiti, hanya paling tersinggung,” kata koordinator JDP itu.
Manufandu mengatakan di dalam konflik tersebut semua pihak sama-sama jadi korban, baik pihak pro Papua merdeka maupun “NKRI harga mati”. Menurutnya jika masing-masing pihak terus mempertahankan konflik itu maka tidak akan menyelesaikan masalah tapi justru memperpanjang konflik di Tanah Papua. Dan yang paling disayangkan adalah kelompok rentan lah yang menjadi korban di beberapa daerah konflik itu.
“Kelompok yang selalu jadi korban adalah anak-anak, mama-mama, dan lansia,” ujarnya.
Koordinator JDP juga mengatakan siap menjadi fasilitator untuk semua pihak yang bertikai dengan menawarkan konsep dialog Jakarta-Papua. Pada prinsipnya harus ada keterbukaan antara dua pihak dan juga saling menerima. Manufandu mengaku pihaknya tidak punya kepentingan apapun.
“[Kami] JDP tidak tak punya kepentingan apapun, hanya berinisiatif kami upayakan untuk mewujudkan Papua tanah damai, itu saja tidak ada yang lain,” katanya.
Ia menegaskan kedua pihak yang bertikai harus bertanggung jawab atas dampak konflik yang terjadi pada warga sipil di daerah konflik seperti di Nduga, Intan Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo, Maybrat, dan beberapa daerah konflik lainnya.(*)
Artikel ini sudah terbit di Jubi.id