Sentani, Jubi TV– Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura melakukan tur wisata ke sejumlah tempat wisata di wilayah itu dengan tema “Pulang Kampung”.
Perjalanan diawali dengan mengunjungi Isyo Hils atau tempat pengamatan Burung Cenderawasih di Kampung Repang Muaif Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, lalu mengunjungi sejumlah tugu peringatan di Distrik Nimboran, tempat permandian di Kampung Berap Distrik Nimbokrang serta pantai Seribu Cemara di Kampung Muaif Distrik Demta.
Penjabat (Pj) Bupati Jayapura, Sekretaris Daerah serta sejumlah Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah memulai perjalanannya pada Jumat malam (28/7/2023) dari Kantor Bupati Jayapura dan menuju tempat penginapan Isyo Hils di Kampung Repang Muaif.
Pj Bupati Jayapura, Triwarno Purnomo mengatakan, kegiatan tur wisata itu sama sekali tidak mengharapkan kampung harus menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan pihaknya.
Kata Purnomo, selain pulang kampung, rangkaian kegiatan ini juga memastikan kesiapan seluruh perangkat pemerintahan di distrik dan kampung dalam memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang ke -78 tahun, 17 Agustus 2023 nanti.
“Kita bisa melihat secara langsung serta melakukan evaluasi dan menyusun rencana dalam peningkatan sarana serta prasarana yang dibutuhkan,” ujar Triwarno di Pantai Seribu Cemara, Kampung Muaif Distrik Demta, Sabtu ( 29/7/2023) sore.
Purnomo nilai, Isyo Hils atau tempat pengamatan Burung Cenderawasih milik Aleks Waisimon, unik dan langka. Wisatawan lokal hingga mancanegara datang ke Isyo hils hanya untuk melihat atraksi Burung Cenderawasih yang menari-nari di ranting pohon.
Lalu, di Genyam ibu kota Distrik Nimboran ada beberapa tugu peninggalan sejarah yang bisa menginspirasi kita tentang peristiwa di masa lalu.
“Tugu peringatan injil masuk di Lembah Grimenawa pada 1925, Tugu Koperasi Yawa Datum yang sangat berjaya hingga ke wilayah pasifik pada 1949. Lalu, ada Tugu Jepang yang dibangun untuk memperingati gugurnya 7200 prajurit Jepang pada masa perang dunia II 1943,” katanya.
Selain monumen atau tugu peringatan, lanjutnya, ada tempat wisata alam yang lain juga memiliki potensi sangat luar biasa ketika dikelola dengan baik. “Selama ini dikelola secara swadaya oleh masyarakat sebagai pemilik hak ulayat, dari sisi pendapatan ketika dikunjungi oleh para pengunjung memang tidak teratur dan tertata dengan baik. Kadang pungutan atau retribusi yang dipungut dari para pengunjung sangat tinggi. Hal- hal seperti ini yang perlu dibenahi kedepan agar tempat wisata alam seperti sungai dan pantai ini bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal,” ujarnya.
Pengelola dan pemilik Isyo Hils Aleks Waisimon mengatakan, kunjungan wisata yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah seperti saat ini, kedepannya harus lebih rutin dilakukan. Selain, memastikan keberadaan sebuah lokasi tetapi juga merancang kebijakan yang memberikan dampak positif bagi masyarakat adat sebagai pemilik hak ulayat sekaligus penerima manfaatnya.
“Ada banyak informasi yang bisa diperoleh dalam setiap kunjungan pemerintah daerah ke tempat – tempat wisata seperti ini. Dari informasi tersebut yang bisa dilakukan evaluasi serta menetapkan kebijakan tanpa melupakan prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh masyarakat adat untuk menjaga dan melestarikan hak ulayat mereka, ” kata Waisimon. (*)
Artikel ini sudah terbit di jubi.id dengan judul: Pemkab Jayapura gelar tur wisata “Pulang kampung”