Jayapura, Jubi TV – SMPN 2 Jayapura mewakili Papua menampilkan penelitian tentang mengubah air laut menjadi garam di Pekan Kebudayaan Nasional tahun 2023.
Pekan Kebudayaan Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dengan tema ‘Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan’ berlangsung di Jakarta dari 20-29 Oktober 2023.
Guru pendamping proyek presisi garam dari SMP Negeri 2 Jayapura, Polin Timisela, kepada Jubi, Sabtu (21/10/2023), mengatakan terpilih SMPN 2 Jayapura mewakili Provinsi Papua dalam event tersebut karena melakukan penelitian terhadap air laut untuk dijadikan garam.
“Anak-anak mengambil tema ini karena Kota Jayapura dikelilingi laut tapi kenapa di Papua sendiri tidak bisa menghasilkan garam. Di situlah timbul inspirasi untuk mencoba dan mereka sangat antusias,” ujarnya.
Dijelaskannya, ada tiga tempat yang diambil sebagai sampel untuk uji kadar garam, yaitu Pantai Base-G, Pantai Holtekamp, dan Pantai Hamadi. Keiga tempat ini dipilih karena dinilai belum terlalu tercemar. Namun, yang dianggap bagus adalah Pantai Base-G karena menuju lautan lepas dan tidak terlalu banyak sungai.
“Jadi, untuk Pantai Base-G kami sudah cek kadar garam di laboratorium Balai POM Jayapura. Kadar air garam Pantai Base-G itu lebih tinggi dari standar nasional. Standar maksimal SNI kadar garam itu 7, sedangkan Pantai Base-G kadar airnya 8. Jadi sudah melebihi batas normal,” ujarnya.
Cara pembuatan garam, jelas Polin, dengan penguapan, yaitu air laut dimasak sampai kering dan belum ditambahkan zat pendukung untuk mengetahui apakah mengandung kadar garam atau tidak.
“Jadi, 1 kilogram garam ditambahkan 30 ml yodium. Kami sudah mencoba kadar air laut di Pantai Holtekamp dan Pantai Hamadi, namun kadar airnya lebih tinggi, karena alat yang kami gunakan sederhana saja, yaitu hanya menggunakan kompor,” ujarnya.
Kepala SMP Negeri 2 Jayapura, Dorthea Carolien Enok, berharap presentasi inovasi mengubah air laut menjadi garam menjadi rekomendasi bahan dasar untuk kebijakan kebudayaan masa depan.
“Penelitian garam ini sangat penting untuk menambah wawasan peserta didik kami, sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk menjadi seorang peneliti. Saya berharap ada banyak proyek yang akan dihasilkan oleh siswa-siswa SMP Negeri 2 Jayapura,” jelasnya.
Ditambahkannya, penelitian terhadap air laut untuk dijadikan garam merupakan salah satu implementasi program Presisi atau model pendidikan kontekstual berbasis proyek guna membentuk karakter peserta didik yang mandiri, dengan memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan pembelajaran. (*)
Artikel ini sudah terbit di jubi.id dengan judul: Penelitian SMPN 2 Jayapura ditampilkan di Pekan Kebudayaan Nasional