Wamena, Jubi TV– Akibat hujan deras yang menguyur Kota Wamena dan sekitarnya sejak awal September 2023, membuat sungai Baliem meluap. Akibatnya, belasan rumah warga, ratusan kebun ubi dan sayur-mayur, serta puluhan kolam ikan dan tanaman padi milik warga di lima kampung di Distrik Maima, Kabupaten Jayawijaya terendam banjir. Masyarakat terpaksa mengungsi dan gagal panen.
Seorang warga Distrik Maima, Onoy Lokobal, mengatakan banjir tersebut akibat hujan deras dan sungai Baliem meluap sampai ke pemukiman warga. Sekitar delapan rumah warga dan belasan rumah di sekitar bantaran sungai Baliem terendam air.
“Khususnya kita di Distrik Maima ini ada tujuh kampung. Yang kena dampak banjir dan gagal panen ini hanya lima kampung, yakni Kampung Huseba, Minimo, Menagaima, Kepi, dan Kampung Maima,” jelasnya.
Lokobal mengatakan kebun dan pemukiman warga di sepanjang bantaran sungai Baliem semua terendam banjir. Selama beberapa pekan ini, masyarakat bertahan hidup dari bahan pangan yang ada. Tapi untuk beberapa pekan ke depan, mereka mulai khawatir dan bingung karena bahan pangan mulai menipis bahkan sudah tidak ada.
“Tanaman sayuran seperti lombok, bawang, dan kemangi semuanya sudah busuk. Hanya tanaman ubi yang masih tahan. Mama-mama mulai panen dengan cara cabut langsung karena sudah tidak bisa tahan lama,” kata Lokobal.
Lebih lanjut Lokobal menjelaskan ternak ikan masyarakat di Kampung Huseba dan Menagaima hanyut terbawa banjir. Sementara tanaman padi yang sudah saatnya panen, juga rusak terendam banjir.
“Jadi mereka sudah tidak kerja lagi. Apalagi saat musim hujan begini. Prediksi hujan akan berakhir sampai kapan kita tidak tahu. Dulu orang-orang tua prediksi musim hujan secara alamiah atau budaya, jadi ada ukuran tertentu untuk tentukan musim hujan dan kemarau melalui arah terbit matahari. Tapi sekarang kita lebih pada prediksinya BMKG Jayawijaya,” katanya.
Lokobal berharap dalam situasi seperti ini ada keseriusan atau perhatian dari Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan dan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya.
“Kita khawatir setelah banjir ini masyarakat akan mengalami kesulitan cari makan maka sangat perlu sekali ada perhatian khusus dari pemerintah,” katanya.
Sementara itu, seorang pemilik kebun setempat, Mama Itha Mulait, mangaku jika usia tanaman ubinya belum mencapai usia panen tapi terpaksa harus dipanen.
“Kalo lambat panen nanti busuk. Tanaman sayur sudah busuk, tidak ada yang bisa dipanen,” katanya.
“Banjir karena luapan kali Baliem seperti ini kita alami hampir tiap tahun. Kadang dalam setahun bisa 1-2 kali banjir. Kami sudah sering alami gagal panen, baik itu tanaman ubi maupun sayur-mayur,” imbuhnya.
Mulait mengatakan meski masyarakat sudah tahu bahwa setiap tahun akan terjadi banjir tapi mereka tetap bertahan dan memilih berkebun di sekitar bantaran sungai Baliem sebab tanahnya sangat subur dan hasil panennya sangat memuaskan.
“Jadi mau tidak mau kita tetap memilih untuk bertahan di sini. Jika sewaktu-waktu terjadi banjir, begini sudah menjadi risiko kita,” tutupnya. (*)
Artikel ini sudah terbit di jubi.id dengan judul: Ratusan kebun dan belasan rumah warga Maima terendam banjir