“Di musim itu kita harus melakoni pertandingan terakhir untuk menyelamatkan kita dari degradasi. Dan akhirnya kita bisa menang lawan PSM di laga terakhir dan kita lolos dari degradasi waktu itu,” kata Edu.
Jubi TV– Persipura Jayapura masih terjebak dalam zona degradasi di sisa kompetisi BRI Liga 1 2021 yang hanya tinggal dua pertandingan saja. Situasi ini pernah juga dirasakan oleh tim Persipura pada puluhan dan belasan tahun yang lalu.
Dua legenda hidup Persipura, David Da Rocha dan Eduard Ivakdalam pun mengakui, jika fase sulit yang dialami mantan timnya itu pernah juga dirasakan oleh mereka.
Edu, sapaan akrab Eduard Ivakdalam, lebih dulu merasakan fase sulit di mana timnya pernah terjerembab dalam jurang degradasi pada Liga Indonesia (Ligina) V musim 1998/1999.
Edu mengenang, ketika itu Persipura nyaris saja terjun ke kasta kedua, mereka hanya mampu menyelesaikan musim di peringkat ke-5. Kompetisi Ligina V digelar dengan format yang jauh berbeda dengan musim-musim kompetisi Ligina sebelumnya.
Ligina V diikuti oleh 28 tim dan dibagi menjadi 5 grup dengan format grup barat sebanyak 2 grup (grup 1 berisikan 6 tim, dan grup 2 dengan 5 tim), grup tengah sebanyak 2 grup (grup 3 berisikan 6 tim dan grup 4 dengan 5 tim). Sedangkan satu grup timur atau grup 5 dihuni oleh 6 tim termasuk Persipura Jayapura.
Aturan degradasinya pun berbeda dengan kompetisi sebelumnya. Yang mana klub peringkat terbawah dari grup 1 hingga 4 ditentukan melalui babak play off, sementara juru kunci di grup 5 atau peringkat ke-6 langsung terdegradasi.
Persipura berada satu grup dengan klub raksasa PSM Makassar bersama Persma Manado, Pupuk Kaltim, Putra Samarinda dan Persiba Balikpapan di grup 5 wilayah Timur. Di musim tersebut, Persipura mencatatkan sebuah rekor buruk. Nyaris sama dengan kondisi mereka saat ini di Liga 1 2021. Kala itu, mereka hanya mampu mendulang tiga kemenangan saja dari 10 pertandingan yang dijalani di fase grup.
Selebihnya, mereka hanya menghasilkan tiga hasil imbang dan menelan empat kekalahan dengan mengalami kebobolan sebanyak 16 gol.
Persipura selamat dari degradasi karena tertolong hasil di pertandingan terakhir. Ketika itu, Persipura dan Putra Samarinda berada di posisi terbawah dengan 9 poin. Sementara Persiba berada di zona aman dengan 12 poin.
Keajaiban datang saat Persipura menang atas PSM Makassar di laga terakhir dan mengumpulkan 12 poin. Di saat bersamaan, Putra Samarinda juga berhasil mengalahkan Persiba. Meski Persipura, Putra Samarinda dan Persiba akhirnya mengumpulkan poin yang sama dengan jumlah 12 poin. Namun Persiba harus terdegradasi karena kalah agresivitas gol.
“Di musim itu kita harus melakoni pertandingan terakhir untuk menyelamatkan kita dari degradasi. Dan akhirnya kita bisa menang lawan PSM di laga terakhir dan kita lolos dari degradasi waktu itu,” kata Edu.
Eks Kapten Persipura itu membeberkan, timnya bisa selamat dari degradasi karena ada campur tangan doa yang membuat Persipura kuat dan bisa membalikkan keadaan.
“Dari dulu yang membuat tim Persipura ini kuat adalah doa. Doa itu merupakan kekuatan bagi tim ini,” tutur Edu.
Edu berharap, Ferinando Pahabol dan kolega bisa menyapu bersih dua laga sisa agar bisa bangkit dari zona degradasi. Sama seperti yang pernah mereka alami di masa lalu.
Tak hanya Edu, eks gelandang Persipura asal Brasil, David Da Rocha juga mengenang masa terpuruknya Persipura di papan bawah pada Ligina 2004.
Di musim itu, Da Rocha menuturkan jika tim Mutiara Hitam pernah berada di fase sulit dan nyaris terdegradasi kalau saja tak lekas bangkit di akhir kompetisi.
“Waktu itu kita semua pemain Persipura berkumpul dan berdiskusi soal nasib kita di klasemen. Dan pertandingan terakhir kita harus lawan PSPS Pekanbaru, kita berkomitmen untuk bermain habis-habisan, kita tidak boleh kalah untuk menghormati orang Papua dan merah hitam, kita anggap laga itu sebagai final. Saya sampe bernazar akan makan rumput kalau kita tidak menang hari itu. Tapi kita akhirnya menang waktu itu dan tidak terdegradasi,” kenang Da Rocha.
Mantan pemilik nomor punggung 6 di Persipura itu meminta skuad Mutiara Hitam saat ini untuk menganggap dua laga sisa sebagai final.
“Persipura harus bermain seperti di laga final, keluarkan seluruh energi di lapangan dan bertanding penuh dengan hati,” sebutnya.
Di Ligina musim 2004, Persipura akhirnya finis diperingkat ke-13 dengan 43 poin. Tiga poin di laga terakhir membuat sang lawan, PSPS Pekanbaru terdegradasi ketika itu.
Saat ini, Persipura juga masih berpeluang besar untuk lolos dari degradasi. Meski masih terjebak diperingkat ke-16 atau di zona degradasi, namun mereka hanya terpaut dua poin dari Barito Putera (peringkat 15) dan tiga poin dari PSS Sleman (peringkat 14). (*)