Sentani, Jubi TV – Tempat galian C material pasir halus yang saat ini di kelola oleh Masyarakat di Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, berdampak kepada air Danau Sentani yang terlihat kabur dan keruh sejak adanya aktifitas pertambangan tersebut. Tempatnya bertepatan di ujung landasan pacu Bandar udara Sentani, sejak tiga tahun lalu menjadi langganan para supir truck dari Kabupaten Keerom hingga Kota Sentani, Kabupaten Jayapura untuk mendapat jatah satu ret pasir halus yang dikeruk atau disedot menggunakan alkon besar dari dasar Danau Sentani.
Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura telah melegalkan tempat dan usaha masyarakat itu sebagai penambangan rakyat golongan C sejak setahun lalu, hal ini disebabkan karena potensi pasir halus dari dalam danau itu sangat banyak hingga terlihat dapat membuat pendangkalan di sebagian tempat di Danau Sentani.
Masyarakat menggunakan kesempatan tersebut untuk berusaha mencari pendapatan demi memenuhi kebutuhan hidup setiap hari.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jayapura, Abdul Rahman Basri mengatakan pihaknya juga sangat kaget dengan aktifitas penambangan yang dilakukan oleh Masyarakat lokal setempat sebagai pemilik hak ulayat.
“Sudah berjalan sejak 2020 lalu, memang pasir halusnya banyak dan sepertinya tidak habis-habis sampai sekarang walaupun setiap hari ada truck pengangkut yang datang muat pasir ini,” ujar Abdul Rachman di Sentani, Sabtu (30/3/2024).
Dikatakan, pihaknya pernah mendatangi masyarakat setempat dan juga para Tokoh masyarakat Adat Kampung Ifar Besar untuk membicarakan proses penambangan yang sedang berlangsung oleh Masyarakat, terkait dampak-dampak yang misalnya nanti terjadi dikemudian hari atau yang saat ini sedang dirasakan oleh masyarakat sekitar.
“Positifnya adalah mencegah pendangkalan oleh tumpukan pasir, tetapi juga bernilai ekonomi karena di jual kepada yang membutuhkannya. Dampak negative lain air menjadi kabur atau terlihat keruh akibat aktifitas penyedotan yang dilakukan,” katanya.
Masyarakat yang tinggal di pinggiran Danau tempat penambangan pasir, Ata Yoku mengatakan bahwa tumpukan pasir yang masuk kedalam dasar danau berasal dari sejumlah Sungai yang bermuara ke Danau Sentani.
“Sejak peristiwa banjir bandang 2019 lalu, tumpukan pasir mulai terlihat, setiap hari menunjukan adanya peningkatan dan setiap hari mulai terlihat adanya pendangkalan disebagian tempat, termasuk tempat yang saat ini dilakukan penambangan,” ujarnya.
Dampak banjir bandang, kata Yoku, berdampak juga kepada permukaan air Danau Sentani yang mengalami peningkatan sehingga banyak rumah di sepanjang perkampungan di pesisir Danau ini terendam.
“Setelah surut, mulai kelihatan tumpukan pasir disebagian tempat, salah satunya juga di bagian dermaga yahim yang sudah menjadi daratan, tempat penambangan ini semakin hari juga menjadi daratan karena tertimbun terus dengan pasir,” katanya.
Masyarakat setempat lainnya, Pinehas Kubia mengaku sangat senang pada awalnya, setelah berjalan beberapa waktu ini mulai jenuh dan bosan. Sebab, pekerjaan rutin yang lalu sebagai nelayan sudah tergantikan dan jarang sekali mencari ikan dengan menggunakan jaring di Danau. “Tumpukan pasir halus tepat dibawah rumah, seperti tertimpa berkat yang luar biasa. Kami mengupayakannya dengan menggunakan alkon besar untuk menyedot dan menjualnya kepada para developer yang sedang membangun perumahan di kota,” ujarnya
Pinehas menjelaskan, dampak positif dari penambangan pasir saat ini sangat banyak, kebutuhan anak terpenuhi saat kuliah hingga selesai wisuda, demikian juga bagi anak-anak lain yang masih di bangku sekolah sangat terpenuhi kebutuhan mereka, apalagi untuk kebutuhan makan minum setiap hari sangat terpenuhi.
“Dibalik kesenangan ini, sekarang harus mencari ikan dengan membuang jaring dengan posisi yang sangat jauh dari rumah. Ikan-ikan semua pergi jauh karena mendengar bunyi mesin alkon. Tidak itu saja, air danau juga sangat kabur, kami yang sering menyelam sangat kewalahan mencari ikan,” ujarnya.
Hingga saat ini terhitung ada delapan hingga Sembilan mesin alkon besar yang sedang beroperasi menyedot pasir di Danau Sentani, sementara belasan truck pengangkut setiap hari mengantri di setiap titik pengangkutan di pinggiran jalan raya alternatif di belakang landasan pacu Bandara Sentani.
Salah satu penambang pasir, Jack Taime menjelaskan bahwa awal bekerja sebagai penambang pasir sangat banyak keuntungan yang diperoleh, tetapi belakangan ini sudah tidak lagi menambang karena sparepart mesin alkon yang cukup mahal dan sebagain alat biasanya di pesan diluar Papua.
Menurutnya, Danau Sentani ini sebagai tempat atau sumber mata pencaharian bagi seluruh masyarakat yang bermukim di pinggirannya wajib menjaga dan melestarikannya dengan baik. Aktifitas penambangan pasir saat ini memang sangat menjanjikan bagi kebutuhan dan peningkatan ekonomi masyarakat, tetapi sangat berdampak bagi kualitas dari air danau ini sendiri.
“Sebagian masyarakat di kampung ifar besar mengeluh karena air danau kabur, tempat mencari ikan yang dulunya hanya sepelempar batu dari rumah, kini harus mendayung lagi kearah timur atau ke barat untuk mencari ikan,” katanya.
Pemerhati Lingkungan, Marshall Suebu menilai bahwa dampak lingkungan dari penambangan pasir pasti terlihat secara perlahan tetapi itu pasti ada. Tumpukan pasir ini merupakan potensi sumber daya alam yang begitu melimpah, tetapi membutuhkan formula tau cara dan metode yang baik untuk mengelolanya sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat.
Marshal juga mengatakan bahwa penggunaan alkon sebagai fasilitas atau mesin penyedot untuk mengambil pasir dari dalam dasar danau sangat berpengaruh kepada proses abrasi yang akan terjadi di dalam dasar danau maupun tempat-tempat di daratan sebagai tempat penyangga sumber air.
“Mustahil sekali jika pasir nya akan habis, karena setiap hari aktifitas ini terus berlangsung, dan sumber pasir akan terus bertambah. Pendangkalan di danau akan lebih cepat terjadi dan muncul daratan di berbagai titik di pinggiran danau sentani,” ujarnya. (*)
Artikel ini sudah terbit di jubi.id