Manokwari, Jubi TV– Antoni Pekey, perempuan 32 tahun, yang kesehariannya menjual noken di emperan pertokoan dekat Pasar Sanggeng, Kota Manokwari, Papua Barat. Ia memiliki kondisi tubuh tidak seperti perempuan pada umumnya. Walau demikian, kekurangan yang ia miliki tidak menghambat semangat yang dimiliki.
Antoni Pekey direkrut menjadi atlet panahan oleh Nasional Paralimpic Committee (NPC) Provinsi Papua Barat untuk mengikuti Pekan Paralimpiade Nasional atau Peparnas XVI di Jayapura, Papua, pada 2021 lalu.
“Persiapan waktu itu kita menjalani latihan terpusat di BLK Manokwari. Saya dan teman-teman atlet berkebutuhan khusus dipersiapkan untuk ikut Peparnas di Papua,” kenang Antoni Pekey sembari menyandarkan kepala di dinding rumahnya di kawasan Sanggeng, Kabupaten Manokwari, Rabu (16/11/2022) malam.
Berlatih dengan peralatan seadanya
Tim yang bersamanya beranggotakan enam orang atlet, tiga pria dan tiga Wanita. Enam atlet itu mengasah diri hanya menggunakan peralatan seadanya. Busur dan panah yang mereka gunakan, satu-satunya dimiliki oleh pusat latihan kala itu. “Kita gunakan secara bergantian, satu alat latihan, busur, dan panah,” tuturnya.
Keterbatasan peralatan yang dimiliki ditambah dengan lokasi tinggal atlet panahan kala itu berjauhan. Ada yang tinggal di dekat tempat latihan, namun ada yang tinggal jauh, seperti di kawasan Arowi, Distrik Manokwari timur.
“Ada teman yang tinggal di dekat lokasi tetapi ada juga yang jauh dari lokasi. Setiap latihan kita selalu patungan uang demi mengongkosi teman yang tinggal jauh [dari tempat latihan],” tutur Pekey, perempuan kelnahiran Nabire.
Perjuangan meraih medali
Masa-masa latihan itu meski serba kekurangan, ia bersama temannya saling memberi semangat hingga tiba waktu keberangkatan menuju Papua, tempat diselenggarakannya Peparnas XVI.
“Kami diberikan dua pasang pakaian olahraga atau kontingan tanpa sepatu. Sepatu itu tanggung masing-masing. Lalu kita menuju ke Bandara Rendani untuk selanjutnya menuju Jayapura,” ucapnya.
Setelah mendapat pengarahan dari Gubernur Papua Barat waktu itu, Dominggus Mandacan, dengan membakar semangat para atlet tentang bonus akan diberikan bagi atlet berprestasi, Antoni dengan rekan-rekan kembali melupakan kekurangan saat latihan. Yang mereka tatap hanyalah mendapat prestasi medali dan diberikan bonus uang oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat.
“Kita harus semangat meraih juara sebab Bapak Gubernur Dominggus Mandacan sudah menjanjikan bonus kepada kita,” tuturnya.
Menggunakan pesawat komersial, rombongan atlet Papua Barat pun menuju Jayapura. Sesampai di Jayapura, Antoni dan para atlet lain kemudian diarahkan ke tempat menginap tanpa dibekali uang saku.
“Sampai di tempat menginap, kita terpaksa menahan lapar hingga hari berikutnya, baru diberi makan,” kata Antoni Pekey.
Meski dalam kondisi serba kekurangan namun semangat untuk meraih medali masih terbenam di dalam pikirannya.
“Tiba di Jayapura, saya dan beberapa teman belum mendapat makan, hari berikutnya baru dikasih makan,” ucapnya
Satu pekan setelah tiba di Jayapura, baru duta olahraga asal Papua Barat itu diberikan uang saku.
“Setiap atlet dikasih Rp1 juta untuk uang saku. [uang itu kami] Pakai beli sabun dan kebutuhan selama di Jayapura. Waktu itu kita di Jayapura selama tiga minggu,” kata Antoni.
Antoni Pekey masuk dalam atlet panahan beregu. Ia bersama dua rekannya, Dessy Maidodga dan Marice Wanma, kemudian bertanding melawan atlet panahan asal Sumatera, kemudian selanjutnya melawan Aceh. Tim panahan Papua Barat menang sehingga lanjut melawan atlet asal Solo.
“Kemudian setelah Aceh kita menghadapi atlet panahan beregu asal Solo. Puji Tuhan, kita menang dan kita tiga orang perempuan dapat perunggu,” ucapnya.
Satu tahun setelah Peparnas XVI, janji bonus belum kunjung diterima
Ajang Peparnas XVI di Papua, duta olahraga asal Provinsi Papua Barat secara keseluruhan mengumpulkan tujuh medali emas. Papua Barat dalam usianya baru pertama kali mengikuti ajang Peparnas di Papua.
“Waktu itu kita perwakilan Papua Barat mendapat tujuh medali emas,” kata Yoos Marien, ketua rombongan kontingen NPC Papua Barat.
Sebagai ketua rombongan, Yoos Marien hanya diberikan uang saku Rp2 juta, sejak di Jayapura mendampingi para atlet.
“Kalau atlet [terima uang] Rp1 juta. Saya sebagai ketua rombongan terima Rp2 juta, selama tiga pekan di sana.” tuturnya.
Sebagai peraih medali, Antoni setelah kembali dari Jayapura terus berharap janji bonus dari pemerintah atas jerih payah yang diperjuangkan bersama para atlet lainnya.
“Dari Jayapura sampai sekarang, tepat di bulan November ini satu tahun, kita belum terima bonus yang dijanjikan,” ucap Antoni
Selain bonus yang dijanjikan, Antoni bahkan tidak tahu tentang upah bulanan sebagai atlet selama berlatih hingga bertanding.
“Kalau upah atlet saya tidak tahu karena tidak pernah terima itu. Yang saya harapkan bonus yang telah dijanjikan pemerintah,” ucapnya.
Yoos Marien menambahkan bahwa NPC berdasarkan Surat Menteri Pemuda dan Olahraga memiliki kedudukan yang sama dengan KONI, baik di pusat maupun daerah.
“Merujuk pada surat Menpora, kedudukan NPC sama dengan KONI. Dalam poin tiga mengatur tentang pemberian hak-hak bagi atlet sama seperti pemberian hak kepada atlet NPC,” jelasnya.
Oleh sebab itu, pengurus KONI Papua Barat demisioner ini, mengingatkan pemerintah agar dalam pemberian hak, terutama bonus atlet, pemerintah merujuk pada surat Menpora tersebut. (*)
Berita ini sudah terbit di Jubi.id dengan judul: Satu Tahun usai Peparnas XVI, Bonus Atlet Papua Barat tak kunjung diterima