MSG menerima lebih dari $200.000 ($US100.000) dari Kepolisian Indonesia minggu lalu.
Jayapura, Jubi TV – Penerimaan dana dari Kepolisian Indonesia untuk perumusan strategi keamanan regional oleh Melenesia Spearhead Groups (MSG) sama dengan menerima perintah bungkam tentang masalah Papua Barat dengan uang darah, klaim aktivis hak asasi manusia Shamima Ali.
MSG menerima lebih dari $200.000 ($US100.000) dari Kepolisian Indonesia minggu lalu.
Ali mengklaim bahwa komunitas Pasifik harus berdiri bersama dan mengutuk kekejaman yang dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia pada orang-orang West Papua dan menyerukan sanksi terhadap Indonesia.
“Bagaimana MSG – sebuah gerakan kolektif yang mengaku mewakili orang-orang Melanesia – menerima uang dari pemerintah yang membunuh orang-orang yang menginginkan kemerdekaan, penentuan nasib sendiri dan otonomi,” katanya.
Lanjut Ali, saudara dan saudari sesama Melanesia telah kehilangan orang yang dicintai dan anak-anak di tangan pasukan keamanan Indonesia – bagaimana MSG dapat menerima satu sen pun dari mereka – itu adalah tamparan di wajah setiap orang Papua Barat.
Sangat tidak masuk akal, tambah Ali, bagi MSG untuk menerima uang ini, dan di luar pemahaman bahwa dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan Strategi Keamanan Regional MSG dengan pasukan keamanan dari sebuah negara yang membunuh, menyerang secara brutal dan menangkap penduduk asli.
Dia mengatakan jika tidak ada yang terjadi di Papua Barat, lalu mengapa Komisaris Hak Asasi Manusia PBB dan jurnalis asing dilarang pergi ke sana.
“Nyawa telah diambil, orang-orang ditahan hanya karena berbicara untuk penentuan nasib sendiri dan kita tidak bisa hanya berpura-pura itu tidak pernah terjadi dan masih berlangsung,” lanjut Ali.
Di Pusat Krisis Wanita Fiji, Ali dan aktivis lainnya mengibarkan Bintang Kejora setiap hari Rabu untuk solidaritas dengan orang-orang West Papua dan upaya mereka untuk otonomi. (*)