Jayapura, Jubi TV – War Resisters’ International (WRI), organisasi anti perang global yang bermarkas di London, Inggris akan meluncurkan sebuah website yang mereka sebut War on West Papua. Website ini bisa diakses melalui domain waronwestpapua.org. Meskipun sudah bisa diakses, situs ini baru akan diluncurkan pada tanggal 6 Juli 2022 di London.
“Kami sangat senang untuk berbagi berita tentang situs web baru, yang disebut War on West Papua. Situs web tersebut mengidentifikasi berbagai macam senjata dan peralatan militer yang digunakan oleh pasukan keamanan Indonesia dalam pendudukan mereka di West Papua,” jelas Subhash Chandra Kattel, salah satu staff eksekutif WRI kepada Jubi melalui pernyataan tertulis, Senin (27/6/2022).
Situs web ini, lanjut Subhash akan mengidentifikasi puluhan perusahaan yang mengambil keuntungan dari pasokan senjata dan peralatan militer Indonesia, dengan profil perusahaan yang jelas. Selain itu juga mempublikasikan profil berbagai cabang aparat keamanan Indonesia dan mengidentifikasi senjata yang mereka gunakan.
“Selain itu, website ini akan memberikan gambaran tentang pengalaman dan perlawanan orang West Papua terhadap militerisme dan memungkinkan pengguna untuk mengirimkan bukti mereka sendiri tentang peralatan yang digunakan dalam insiden tertentu,” lanjut Subhash.
Proyek War on West Papua ini merupakan kolaborasi antara War Resisters’ International, Wage Peace, yang berbasis di Australia, Make West Papua Safe dan koalisi organisasi perdamaian dan hak asasi manusia lainnya. Beberapa organisasi lain juga akan dan telah membantu mengidentifikasi peralatan atau memberikan informasi tentang ekspor senjata negara mereka sendiri ke Indonesia.
Proyek ini telah mengidentifikasi beberapa gudang senjata besar yang tersedia untuk polisi dan militer Indonesia yang digunakan untuk menghentikan protes rakyat, menyerang komunitas yang terisolasi, dan mempertahankan sumber daya ekonomi utama.
WRI didirikan di Bilthoven, Belanda pada tahun 1921 dengan nama “Paco”, yang berarti “damai” dalam bahasa Esperanto. WRI mengadopsi deklarasi pendirian yang tidak berubah: Perang adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Banyak pendirinya terlibat dalam perlawanan terhadap Perang Dunia Pertama: Sekretaris pertamanya, Herbert Runham Brown, telah menghabiskan dua setengah tahun di penjara Inggris sebagai penentang hati nurani. Dua tahun kemudian, pada tahun 1923, Tracy Dickinson Mygatt, Frances M. Witherspoon, Jessie Wallace Hughan, dan John Haynes Holmes mendirikan Liga Penentang Perang di Amerika Serikat. Kelompok ini memiliki hubungan kerja yang erat dengan bagian-bagian dari gerakan Gandhian.
Penggunaan mortir dan granat fosfor di Papua
Pada awal bulan Juni 2022, laporan organisasi pemantau persenjataan yang berbasis di London, Conflict Armament Research (CAR), menyebutkan Indonesia menggunakan mortir yang diproduksi oleh Krusik, pabrik senjata milik pemerintah Serbia, yang kemudian dimodifikasi untuk dijatuhkan dari udara di beberapa perkampungan di Provinsi Papua. Laporan ini menuding Badan Intelijen Negara (BIN) sebagai pemilik mortir. Namun tudingan ini dibantah oleh BIN.
Mayjen TNI Edmil Nurjamil, dikutip kompas.com membantah laporan CAR. “Tidak ada,” kata Deputi II Bidang Intelijen Dalam Negeri BIN ini di Kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Kamis (16/6/2022).
Edmil juga membantah bahwa senjata itu milik BIN atau dibeli oleh BIN. “Enggak lah. Kami enggak punya peralatan itu,” ujar Edmil.
Ia menambahkan bahwa Panglima Kodam Cenderawasih sudah menyampaikan pada akhir tahun 2021 bahwa pasukannya memang menggunakan mortir di Kiwirok.
“Kita enggak main-main begitu. Panglima kodam itu kan sudah menyampaikan yang bulan apa itu,” ujar Edmil.
Dalam Laporan Utama Tempo edisi 13 November 2021, Panglima Kodam Cenderawasih saat itu, Mayjen Ignatius Yogo Triyono, membenarkan bahwa pasukannya menembakkan mortir di Kiwirok. Yogo menyebutkan pasukannya membutuhkan mortir karena medan Pegunungan Bintang yang terjal.
Pada tahun 2018 masyarakat di Nduga melaporkan penggunaan granat fosfor dalam serangan di Mbua dan Yigi. Foto-foto yang dikirimkan oleh warga Nduga kepada sejumlah media massa menunjukkan luka bakar pada korban, kata dia.
Koran Australia, The Saturday Paper pada awal 2019, menunjukkan seorang pria dengan luka menganga di kakinya dan luka bakar yang parah. Laporan koran ini menyebutkan luka tersebut mungkin disebabkan oleh fosfor putih, bahan kimia pembakar yang tidak dapat dipadamkan dan menyebabkan luka yang mengerikan.
Laporan tentang serangan fosfor tersebut dibantah oleh Kodam XVII Cenderawasih, meskipun membenarkan penggunaan granat standar militer saat mengejar kelompok bersenjata di Kabupaten Nduga, Papua.
Kepala Perlengkapan Kodam XVII Cenderawasih, Kolonel Cpl Dwi Soemarmono, mengaku bahwa senjata tersebut bukanlah bom fosfor sebagaimana isu yang beredar, tapi granat asap.
“Terkait dengan beredarnya foto temuan selongsong granat, ada beberapa jenis granat yang kami miliki, salah satunya yang digunakan yaitu GT6 AR. Ini adalah granat asap, ketika pengamannya dilepas akan bereaksi dengan udara dan menjadi asap secara otomatis,” kata Dwi, pada 1 Desember 2021.
Namun masyarakat di Mbua meyakini korban sipil yang tewas dan terluka dalam operasi pengejaran kelompok bersenjata yang dituduh sebagai penyerang pekerja PT Istaka Karya disebabkan oleh luka bakar yang mereka alami. (*)