Jayapura , Jubi TV– Perwakilan masyarakat, tokoh intelektual, dan ikatan pelajar mahasiswa asal Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan, pada Jumat (25/11/2022), melakukan aksi pemalangan kantor penghubung KPU setempat di Kota Jayapura.
Aksi tersebut karena belum adanya respon dari aspirasi yang mereka sampaikan beberapa bulan lalu saat aksi demo di Oksibil, ibu kota Pegunungan Bintang, yang melanggar berkurangnya Daftar Pemiih Tetap atau DPT di wilayah Ketengban.
Penanggungjawab aksi, Pein Lepi saat berkunjung ke redaksi Jubi, Jumat (25/11/2022), menuntut agar pemerintah daerah segera mengembalikan data DPT yang dipangkas tanpa sepengetahuan masyarakat di Ketengban, khususnya di daerah pemilihan tiga.
“Kami mewakili tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh gereja, intelektual dan masyarakat menuntut kepada pemerintah daerah untuk segera kembalikan data pemilih tetap penduduk yang dipangkas tanpa sepengetahuan, lebih khusus masyarakat Ketengban dan Pegunungan Bintang umumnya,” kata Pein Lepi.
Ia mencurigai pemangkasan jumlah pemilih ini dilakukan oknum-oknum tertentu yang bermain, maka pemerintah daerah, KPU dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pegunungan Bintang harus segera menyelesaikan persoalan tersebut.
“Kami tidak ingin ke depannya terutama di 2024 nanti ada masalah, sehingga kami minta itikad baik dari pemerintah untuk merespons terkait jumlah penduduk yang dipangkas itu, dan bupati pun telah berjanji untuk menyelesaikannya,” katanya.
Salah seorang tokoh intelektual Ketengban, Panuel Salawala menyebut pada DPT 2019 di seluruh Pegunungan Bintang sebanyak 140 ribu lebih, dan di dapil tiga sebanyak 39 ribu lebih tetapi sekarang turun menjadi 30 ribu.
“Sampai hari ini data pemilih Pegunungan Bintang ada tiga daerah pemilihan, terutama di dapil tiga terdapat 10 distrik, namun ada tiga distrik terjadi penambahan DPT secara signifikan. Sedangkan tujuh distrik ada penurunan DPT yang signifikan sehingga kami mengubahnya,” kata Panuel Salawala.
Padahal, kata dia, di Ketengban hingga kini tidak terjadi musibah maupun daerah konflik yang menyebabkan adanya penarikan data pemilih, berbeda dengan daerah Kiwirok yang merupakan konflik wilayah justru menimbulkan kenaikan DPT dari dua ribu sekian menjadi empat ribu sekian.
“Padahal banyak warganya yang mengungsi, tapi justru naik. KPU dan Dukcapil harus bekerja sesuai tugas mereka, apalagi KPU harus bekerja independen. Pemutakhiran data harus benar-benar terjadi, bukan asal-asalan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemuda Suku Ketengban, Willy Soll Willy menyebut jika hal ini tidak ditanggapi oleh pemerintah daerah, maka masyarakat akan kembali menduduki jabatan pemerintah daerah dan KPU dengan massa yang lebih banyak.
“Kami sampaikan ini bukan atas unsur poltik tetapi untuk kepentingan masyarakat, sehingga apabila tidak ditanggapi dengan baik maka akan turun mobilisasi massa lebih besar lagi,” katanya. (*)
Berita ini sudah terbit di Jubi.id dengan judul: Masyarakat tanyakan penarikan DPT di wilayah Ketengban, Pegubin