Merauke, Jubi TV– Warga khususnya mama-mama di sejumlah kelurahan di Kabupaten Merauke, Papua Selatan mengeluhkan kelangkaan minyak tanah. Dalam sepekan terakhir, bahan bakar ini sulit didapatkan di sejumlah pangkalan atau agen minyak tanah di kelurahan.
Para ibu rumah tangga (mama-mama) mengaku kecewa, karena harus menunggu selama sepekan untuk mendapatkan jatah minyak tanah di pangkalan.
Ironisnya, meski baru sehari didistribusi oleh Pertamina, warga di sekitar agen minyak tanah justru tidak terlayani, dan pihak pangkalan beralasan stok telah habis.
“Kita tidak pergi ambil begitu saja, kita beli. Harusnya, kita di lingkungan yang ada agen minyak tanah itu yang harus didahulukan. Anehnya, begitu malam masuk (minyak tanah didistribusikan Pertamina), paginya sudah habis. Jadi kami harus jaga (beli) malam itu juga, kalau besoknya jangan harap dapat,” ungkap warga Kelurahan Seringgu Jaya, Distrik Merauke, Elisabeth Kartini kepada Jubi, Senin (6/2/2023).
Kartini mengatakan, kalau pun mereka mendapatkan minyak tanah, itu dibatasi 5 hingga 10 liter per keluarga. Pihak pangkalan beralasan banyak warga yang harus dilayani dan stok terbatas. Namun disinyalir, penjualan minyak tanah di pangkalan tersebut lebih banyak kepada warga di luar kelurahan atau lingkungan setempat.
Ia berharap pemerintah atau lembaga yang berkapasitas dapat segera menertibkan agen atau pangkalan minyak tanah di lingkungan tersebut, karena telah merugikan warga setempat.
“Mereka (warga) yang datang beli dari luar itu justru lebih dilayani. Jerigen mereka juga besar-besar, ada 4 sampai 6 jerigen 20 liter. Kemungkinan untuk dijual lagi. Kami sangat harapkan agar pemerintah atau Pertamina untuk menertibkan pangkalan-pangkalan seperti itu,” pintanya.
Warga lainnya, Ria Gultom mengatakan harga beli minyak tanah di pangkalan Rp3.500 per liter. Sementara yang dijual di kios-kios berkisar Rp6.000 hingga Rp7.000 per liter.
“Kalau di pangkalan sudah habis, mau tidak mau kita pergi beli di kios-kios. Kalau di pangkalan itu, malam minyak tanah didrop (disalurkan), besok sudah habis, bahkan malam itu juga mereka (pangkalan) sudah bilang habis. Kami lihat banyak orang dari luar yang beli dengan jerigen-jerigen besar,” kata Ria.
Sebelumnya, Sales Branch Manager Rayon III Papua, Anwar Hidayat menyatakan Pertamina telah memantau kelangkaan minyak tanah di sejumlah wilayah. Pertamina juga menemukan adanya indikasi sejumlah pangkalan “nakal” alias menyimpang dalam menjual minyak tanah kepada warga.
“Beberapa waktu lalu kita dapati ada beberapa pangkalan mitan yang agak nakal, itu biasanya kita tindak tegas dengan menutup pangkalan tersebut. Kalau kedapatan berbuat tindakan yang tidak sebagaimana mestinya atau menyalahgunakan, tentu kita tutup. Untuk kuota mitan Merauke saya kurang hafal, tapi sudah ada SK dari BPH Migas,” kata Hidayat.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Merauke, Erick Rumlus menyatakan, penertiban terhadap pangkalan minyak tanah di Merauke segera dilakukan. Saat ini, Dinas Perindagkop bersama Pertamina dan Bagian Perekonomian Daerah Setda sedang melakukan inspeksi ke beberapa pangkalan untuk mengecek kebenaran informasi dari masyarakat.
“Banyak yang laporan yang menyampaikan bahwa minyak datang hari ini langsung habis, kenapa yang punya KTP tidak dapat atau tidak terlayani dan sebagainya. Nah setelah inspeksi itu kita akan lakukan penertiban,” kata Rumlus.
Menurut dia jika dihitung per kepala keluarga, kuota minyak untuk warga di Merauke sebetulnya mencukupi kebutuhan warga. Namun yang terjadi, banyak warga yang mengeluh karena tidak dapat membeli minyak tanah. Pangkalan selalu beralasan stok habis, nyatanya minyak tanah baru sehari didistribusi oleh Pertamina.
“Saya minta kepada masyarakat kalau memang ditemukan, tolong bawa bukti ke kami. Karena kami tidak bisa bertindak kalau hanya berupa lisan, tapi harus ada bukti, pastinya kami proses,” tuturnya. (*)
Artikel ini sudah terbit di jubi.id dengan judul: Mama-mama keluhkan kelangkaan minyak tanah di Merauke