Jubi TV– Yayasan Maga Edukasi Papua meluncurkan atau me-launching Universitas Internasional Papua (UIP) di Swiss-Belhotel Jayapura, Senin, 14 Febuari 2022. Universitas ini diklaim sebagai universitas internasional pertama yang berdiri di Tanah Papua seperti tertera dalam SK Mendikbudristek RI Nomor 24/E/O/2022 tentang izin pendirian UIP di Kota Jayapura, Papua.
“Ide UIP ini cikal bakalnya lahir dari anak-anak Papua yang selama ini sudah belajar ke mana-mana dan kami ingin melihat Papua yang sama dengan di Amerika, Inggris, dan negara-negara maju lainnya,” kata Samuel Tabuni, founder Yayasan Maga Edukasi Papua dikutip dari Jubi,.
Melalui Universitas Internasional Papua, kata Tabuni, nantinya bisa melahirkan generasi-generasi baru orang Papua yang berwawasan global dan mampu menguasai bahasa-bahasa di dunia, salah satunya bahasa Inggris. Menurutnya dengan menguasai bahasa maka orang Papua mampu bersaing secara nasional, bahkan internasional.
“Apalagi ini sudah era digital, semua serba teknologi, jadi orang Papua harus naik pola pikirnya dalam melihat dunia ini. Kami tidak mau membangun Papua biasa-biasa saja, cara-cara lama, sehingga dengan hadirnya UIP kami mencoba keluar dari kebiasaan-kebiasaan lama. Walaupun ada tantangan dan kesulitan yang luar biasa,” kata president director Papua Language Institute tersebut.
Universitas Internasional Papua akan menjadi perguruan tinggi ke-75 di Tanah Papua. Kampus tersebut direncanakan dibangun di atas lahan seluas 30 hektare di atas Bukit Telaga Ria, Kabupaten Jayapura. Fasilitas yang akan dibangun di antaranya gedung rektorat dan administrasi, gedung kuliah, gedung asrama, guest house dosen, auditorium, gereja, dan fasilitas olahraga seperti lapangan sepak bola dan lapangan tenis.
UIP direncanakan memiliki Fakultas Sains dan Teknologi dengan tiga program studi, yaitu Program Studi Teknik Industri, Program Studi Teknik Fisika, dan Program Studi Teknik Sistem Energi. Kemudian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris dan Program Studi Pendidikan Antropologi.
Tabuni mengatakan target mahasiswa yang akan diterima 500 orang, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sedangkan dosen yang bergabung sudah 24 orang.
“Satu atau dua bulan ke depan kami akan buka pendaftaran. Kemungkinan kami akan terima mahasiswa baru banyak dari PNG, karena dari aspek bahasa Inggris mereka sudah bagus. Cuma nanti kita akan ada pelatihan-pelatihan bahasa Indonesia,” ujarnya.
Tim pendiri UIP, Korinus Waimbo, M.Sc., PhD Cand mengatakan dengan kehadiran Universitas Internasional Papua memberikan kesempatan bagi anak-anak Papua untuk bisa mendapatkan pelayanan pendidikan tinggi. Karena menurutnya universitas negeri maupun swasta yang ada di Papua belum cukup untuk menampung lulusan SMA dan SMK yang ada di Tanah Papua.
“Dari sisi perbedaan dengan kampus-kampus lain, kami pikir harus ada yang memulai satu layanan pendidikan tinggi yang tidak hanya berbicara di tingkat lokal saja, tetapi hingga ke tingkat global. Jadi harus ada orang yang memulai dan kita sedang memulai itu,” kata general director Papua Language Institute tersebut.
Menurut Waimbo sejak 2009 sudah dua ribuan mahasiswa yang dikirimkan Pemerintah Provinsi Papua untuk belajar ke luar negeri. Setelah selesai pendidikan mereka ada yang memilih bekerja di luar negeri dan kembali ke Papua.
Akan tetapi yang kembali ke Papua berhadapan dengan tidak adanya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya, akhirnya mereka memilih menjadi PNS. Sehingga dengan hadirnya universitas ini bisa menjadi wadah bagi mereka untuk menyalurkan pengetahuan untuk membangun Indonesia, khususnya Papua.
“Dengan hadirnya UIP ini kita juga bisa melihat inovasi-inovasi yang belum ada di Tanah Papua, di antaranya jurusan-jurusan yang susah dibuka, kami bisa mendobrak atau masuk lewat universitas ini,” katanya.
Ia mencontohkan di FKIP Uncen belum ada program studi bahasa-bahasa Papua, ini sementara didesain masuk dalam kurikulum di UIP.
Director STEM Departement Papua Language Institute Yane Ansanay, MSc.,PhD mengatakan perbedaan UIP dengan universitas lain adalah soal penggunan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam perkuliahan, karena itu dosen-dosen atau tenaga pendidiknya juga menggunakan bahasa Inggris.
”Ini universitas baru, karena itu kita akan berkolaborasi dengan universitas lokal yang ada untuk mengembangkan potensi, sekalian menjawab peraturan pemerintah tentang kampus merdeka. Misalnya saya ini sementara dosen tetap di Uncen yang mengajar mata kuliah energi baru dan terbarukan sehingga mahasiswa dari sana [Uncen] bisa juga mengambil mata kuliah yang sama di UIP di bawah sistem energi,” kata Tim Pendiri UIP tersebut.
Kepala LLDIKTI Wilayah XIV Papua dan Papua Barat, Dr. Suriel S. Mofu, S.Pd., M.Ed., TEFL., M.Phil mengatakan UIP merupakan universitas yang sangat instimewa kerena mendapatkan begitu banyak dukungan dari pemerintah di dalam negeri maupun pemerintah negara-negara tetangga
Tentu ini menjadi suatu momen yang sangat berharga dan kesempatan yang sangat luar biasa bagi UIP terus mengembangkan network-nya, kualitas dosennya, maupun tenaga kependidikan untuk segera melaksanakan kegiatan akademiknya,” ujarnya.
LLDIKTI Wilayah Papua dan Papua Barat, kata Mofu, akan memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan UIP secara khusus dalam memenuhi standar pendidikan tinggi di Indonesia. (*)