Nabire, Jubi TV– Juru Bicara TPNPB (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat) Sebby Sambom menyatakan TPNPB Komando Daerah Pertahanan Sinak Brigadir Jenderal (Brigjen) Militer Murib dan Panglima Kodap Mayor Kalenak Murib bertanggung jawab atas penembakan pesawat sipil yang sedang melakukan pengedropan pasukan dan logistik militer Indonesia dari Nabire di Bandara Sinak, Kabupaten Puncak pada Senin (8/7/2024) pukul 12.40 Waktu Papua.
Sambom mengatakan Manajemen Markas Pusat komnas TPNPB telah menerima laporan resmi dari Mayor Kelenak Murib, Komandan Operasi TPNPB Kodap Sinak, Kabupaten Puncak pada pukul 4 sore.
“Kami telah melakukan penembakan terhadap sebuah pesawat sipil pada Senin, 8 Juli 2024 tepat jam 12:40 siang di Bandar Udara Sinak, karena pesawat tersebut sedang melakukan pengedropan pasukan dan logistik militer Indonesia dari Nabire ke wilayah operasi TPNPB di Sinak,” katanya melalui siaran pers yang diterima Jubi.id pada Senin (8/7/ 2024) sore.
Ia menyebutkan juga terjadi baku tembak selama dua jam sejak pukul 12.40 sampai 14.00 Waktu Papua.
“Sementara pasukan TPNPB yang sedang melakukan kontak tembak dalam keadaan aman. Namun, kami belum bisa pastikan apakah ada jatuhnya korban dari militer Indonesia atau tidak dan jika ada korban TPNPB Kodap Sinak juga siap bertanggung jawab,” katanya.
Melalui siaran pers itu, TPNPB juga mendesak Presiden Indonesia untuk segera membeli pesawat militer selama melakukan pengejaran terhadap pasukan TPNPB di 36 Komando Daerah Pertahanan (Kodap) di seluruh Tanah Papua.
“Sebab pengedropan pasukan dan logistik militer dengan menggunakan pesawat sipil telah melanggar hukum humaniter internasional selama perang terjadi di Papua Barat,” ujarnya.
Polda Papua: Pelaku melarikan diri
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua Kombes Polisi Ignatius Benny Ady Prabowo menyatakan pesawat Smart Aviation dengan nomor registrasi PK–SNH dari Distrik Sinak, Kabupaten Puncak tujuan Nabire ditembak oleh yang disebut polisi sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada Senin (8/7/2024) sekitar pukul 11.30 WIT (Waktu Indonesia Timur).
Kombes Polisi Ignatius Benny Ady Prabowo mengatakan pesawat yang dipiloti Capten Riczoin dan Copilot Imam ditembak sebanyak dua kali dan mengenai bagian baling-baling pesawat tersebut.
“Pesawat jenis caravan… tersebut hendak menuju bandara Douw Aturure Nabire, Papua Tengah, beruntung tidak ada korban jiwa dari kejadian tersebut,” ujarnya.
Ia menyebutkan aparat TNI-Polri yang berada di Bandara Sinak langsung mengamankan Bandara Sinak dan terlihat tiga orang yang disebut polisi sebagai KKB, di mana salah satunya membawa senjata api laras panjang.
“Saat dilakukan pengejaran, tiga orang tersebut telah melarikan diri,” ujarnya.
Kapolres Puncak Kompol I Nyoman Punia mengatakan aparat gabungan telah disiagakan di TKP (Tempat Kejadian Perkara) untuk mengantisipasi aksi susulan.
“Saat ini aparat gabungan masih bersiaga di TKP dan situasi di Puncak masih relatif aman, kondusif,” katanya.
Akibat kejadian itu pesawat Smart Aviation Air dipastikan belum bisa beroperasi, karena masih akan dilakukan perbaikan sambil menunggu petunjuk dari perusahaan Smart Aviation Pusat di Jakarta.
MRP minta aparat tidak gunakan penerbangan sipil
Ketua Pokja (Kelompok Kerja) Agama Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Tengah Benny Wenior Pakage yang dimintai Jubi.id komentarnya terkait peristiwa penembakan pesawat sipil di Sinak itu mengatakan masyarkat umat Tuhan sudah melaporkan dari lapangan bahwa telah terjadi kontak tembak antara TPNPB dan TNI-Polri.
“Umat Tuhan mengalami ketakutan, akibat penerbangan sipil digunakan untuk mengangkut logistik milik militer,” ujarnya, Selasa (9/7/2024).
Ia memohon agar ke depan penerbangan sipil tidak memuat logistik atau makan-minum aparat keamanan ke daerah Kabupaten Puncak.
“Karena berdampak besar dan masyarakat umat Tuhan yang akan mengalami masalah,” katanya.
Dampak atau masalah besar itu menurut Pakage adalah, jika pesawat sipil tidak lagi beroperasi di wilayah pedalaman maka akan berdampak pada mahalnya harga-harga barang.
“Orang hidup dalam kesusahan, mau berobat dari kampung ke kota nanti susah, dari kota mau naik ke pedalaman susah,” ujarnya.
Menurut penembakan yang dilakukan TPNPB karena TPNPB melihat penerbangan sipil sebagai musuh yang harus ditembak.
“Mohon supaya aparat keamanan juga tidak menggunakan penerbangan sipil mengangkut logistik dan naik ke daerah-daerah konflik untuk melakukan operasi,” katanya. (*)
Artikel ini sudah terbit di Jubi.id