Serui, Jubi TV– Masyarakat di Kampung Aromarea, Distrik Kosiwo, Kabupaten Kepulauan Yapen sehari-hari hidup bersama penyakit malaria yang bisa menyerang sewaktu-waktu. Namun di tengah situasi itu, satu-satunya puskesmas pembantu atau Pustu di wilayah tersebut tidak beroperasi. Tidak ada petugas kesehatan. Tak ada stok obat-obatan.
Hal itu dikatakan Bidan Spesialis Ibu Melahirkan, Maria Sineri saat ditemui di rumahnya di Kampung Aromarea, Distrik Kosiwo, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua pada Selasa (1/10/2024).
Sineri merupakan satu-satunya petugas tenaga kesehatan Pustu Aromarea yang masih bertahan. Dia mengatakan, hampir setiap hari masyarakat di Aromarea menyampaikan keluhan gejala malaria terutama demam, diare, menggigil, sakit kepala, mual dan sakit perut serta muntah-muntah ketika mendatanginya.
Namun dengan statusnya yang merupakan seorang petugas bidan melahirkan, dia cenderung mengarahkan masyarakat untuk datang langsung ke Puskesmas Kosiwo di Kampung Tatui, Distrik Kosiwo yang berjarak kira-kira tiga kilometer dari Kampung Aromarea untuk berobat.
“Pelayanan selama ini juga sudah tidak berjalan, sa bisa bilang sudah mati total dan belum ada perhatian pemerintah ke Pustu ini. Masyarakat datang keluhkan sakit ke sa, rata-rata itu malaria, tapi karena saya Bidan [melahirkan], sa harus diarahkan mereka ke Puskesmas Kosiwo di Tatui saja karena di sana [Puskesmas Kosiwo] ada tenaga analis yang bisa periksa kondisi masyarakat yang datang. Di Pustu ini sudah tidak ada stok obat apalagi Petugas,” kata Sineri kepada Jubi.
Sineri mengatakan, Pustu Aromarea kosong sejak ada kerusakan pada bangunan Pustu akibat bencana gempa bumi yang belum lama ini terjadi di Kepulauan Yapen. Bagian-bagian yang rusak pada pustu tersebut adalah kamar-kamar yang menjadi tempat tinggal atau menginapnya petugas kesehatan yang ditugaskan melayani di Pustu Aromarea.
“Selama ini karena Pustunya sedang rusak jadi petugasnya tidak datang tinggal. Bagian yang rusak itu di dalamnya, tempat [ruangan] untuk petugas tinggal dan menginap. Sebenarnya juga, gedung ini juga sudah tidak layak untuk dipakai,” Tuturnya.
Sementara itu, Kepala Kampung Aromarea, Gustaf Wayeni mengungkapkan, sebelum Pustu Aromarea sepi petugas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Yapen sempat menugaskan seorang suster berstatus honorer (bukan pegawai tetap) yang melayani masyarakat di Pustu Aromarea.
“Tapi tidak tahu bagaimana, suster itu juga sudah tidak jalankan tugasnya di sini. Menurut kami [masyarakat] petugas yang datang dan betah melayani kami itu hanya anak-anak Aromarea sendiri yang jadi petugas di sini tapi, kalau orang pendatang tidak akan bertahan lama,” kata Wayeni.
Salah satu Pemuda Kampung Aromarea, Yakobus Wayeni menegaskan kondisi kesehatan masyarakat di Aromarea sedang menurun akibat dampak yang dari Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Sarawandori yang berjarak dua kilometer dari TPA tersebut.
Menurutnya itu merupakan sumber utama, pemicu mudahnya masyarakat Aromare terjangkit berbagai penyakit.
Dia membenarkan, kondisi masyarakat Aromarea telah banyak yang terjangkit Malaria, namun, kesulitan mendapat pelayanan pengobatan, karena Pustu Aromarea yang tidak beroperasi.
Sedangkan lokasi Puskesmas terdekat ada di Kosiwo di Kampung Tatui yang berjarak cukup jauh dari Kampung Aromarea. Menurutnya masyarakat terjangkit Malaria, banyak di antaranya merupakan anak-anak dan ibu-ibu serta orang lanjut usia (lansia).
“Memang dalam tiga bulan terakhir ini tidak ada petugas yang tinggal di Pustu [Aromarea]. Di Kampung ini juga memang banyak yang kena Malaria. Untungnya sering ada kader Malaria yang datang lakukan pemeriksaan kesehatan pada kami. Mereka periksa, kalau memang positif Malaria langsung dibikin resep para kader yang membantu ambil obat di Puskesmas Kosiwo dan diserahkan ke masyarakat yang sakit,” katanya. (*)
Artikel ini sudah terbit di Jubi.id