Jayapura, Jubi TV– Badan Intelijen Negara (BIN) membantah laporan kelompok pemantau senjata yang berbasis di London, Conflict Armament Research (CAR) yang menyebutkan BIN mengimport mortir dari Serbia untuk dijatuhkan di beberapa kampung di Papua pada tahun 2021.
“Tidak ada,” kata Deputi II Bidang Intelijen Dalam Negeri BIN ini di Kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Kamis (16/6/2022).
Edmil juga membantah bahwa senjata itu milik BIN atau dibeli oleh BIN. “Enggak lah. Kami enggak punya peralatan itu,” ujar Edmil.
Ia menambahkan bahwa Panglima Kodam Cenderawasih sudah menyampaikan pada akhir tahun 2021 bahwa pasukannya memang menggunakan mortir di Kiwirok.
“Kita enggak main-main begitu. Panglima kodam itu kan sudah menyampaikan yang bulan apa itu,” ujar Edmil.
Dalam Laporan Utama Tempo edisi 13 November 2021, Panglima Kodam Cenderawasih saat itu, Mayjen Ignatius Yogo Triyono, membenarkan bahwa pasukannya menembakkan mortir di Kiwirok. Yogo menyebutkan pasukannya membutuhkan mortir karena medan Pegunungan Bintang yang terjal.
“Ledakan mortir dapat membuat efek kejut pada kelompok bersenjata di Kiwirok,” kata Yogo saat itu.
Reuters melaporkan bahwa mortir yang digunakan di beberapa kampung di Papua diproduksi pembuat senjata milik Serbia, Krusik, dan kemudian dimodifikasi untuk dijatuhkan dari udara, bukannya ditembakkan dari tabung mortir. Peluru mortir 81mm itu digunakan dalam serangan di beberapa kampung di Papua pada bulan Oktober 2021 lalu. Menurut laporan CAR dan foto yang diberikan pada Reuters, beberapa mortir digunakan dalam serangan di delapan kampung di Papua.
Laporan CAR menyebutkan selain mortir 81mm, Krusik juga mengirim 3.000 inisiator elektronik dan tiga perangkat pengatur waktu yang biasanya digunakan untuk meledakkan bahan peledak. (*)
Artikel ini telah diterbitkan di Jubi.id dengan judul: Bantah Laporan Penggunaan mortir di Papua, BIN sebut TNI sebagai pemilik mortir