Jayapura, Jubi TV– Ruang konferensi pers di Stadion Kompyang Sujana, Denpasar, Bali, 31 Maret 2022, seketika hening begitu Angel Alfredo Vera dan Yustinus Pae masuk dan duduk di dua kursi dengan raut wajah yang nampak sedih. Keduanya bersama kolega gagal menyelamatkan Persipura Jayapura dari degradasi dan harus turun kasta dari kompetisi Liga 1 ke Liga 2.
Alfredo Vera bahkan tak bisa menahan air matanya pada momen tersebut lantaran kecewa timnya terdegradasi meski menang telak (3-0) atas Persita Tangerang di laga penutup Liga 1 2021/2022.
Sebelum itu, seluruh pemain Persipura juga terlihat rapuh di tepi lapangan ketika pertandingan kontra Persita berakhir. Ada yang terlihat menangis, menutupi wajahnya dengan kostum yang membungkus badan. Ada juga beberapa pemain yang hanya bisa menundukkan kepala. Mereka seolah tak percaya dengan sejarah kelam yang baru saja terjadi.
Itu adalah memori terakhir kalinya para “serdadu” dari negeri lahirnya tarian Tango – Argentina, menghiasi skuad Persipura dan klub-klub sepak bola Papua. Alfredo Vera dan kompatriotnya, Ramiro Fergonzi menjadi pemain asing terakhir dari Argentina yang berkostum merah hitam.
Dua tahun setelah momen itu berlalu, gerbong “serdadu” tango bakal mendarat kembali ke Papua. Kali ini, klub promosi dari Liga 2, PSBS Biak menjadi destinasi baru. Manajemen klub berjuluk Badai Pasifik itu ingin mencoba peruntungan dengan mendatangkan tiga warga negara Argentina, Juan Eduardo Esnaider, Julian Velazquez, dan Abel Arganaraz.
Esnaider dipinang untuk menjadi juru racik skuad PSBS jelang mengarungi kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia – Liga 1. Sedangkan Velazquez yang berstatuskan bek terbaik di kompetisi reguler Bolivia direkrut untuk merapatkan tembok pertahanan PSBS. Lalu Arganaraz jebolan Liga Andorra diharapkan menjadi tandem sepadan bagi striker Brasil, Alexsandro Santos Perreira.
Kedatangan “gerbong” Argentina itu berawal dari penunjukkan Juan Esnaider sebagai pelatih PSBS oleh manajemen. Eks pemain Real Madrid, Atletico Madrid dan Juventus itu yang kemungkinan merekomendasikan dua pemain di posisi striker dan bek. Dengan belum adanya pengalaman di sepak bola Indonesia, ia membentuk Argentina connnection untuk memudahkannya berkomunikasi di setiap lini.
Manajer PSBS, Yan Permenas Mandenas mengungkapkan alasan jatuh hati dengan arsitek asal Argentina itu. Bermodal segudang pengalaman di persepakbolaan Eropa, Mandenas sangat tertarik dengan jejak rekam Esnaider.
“Pengalaman dan prestasinya kami nilai baik, sehingga kami sepakat memilih dia sebagai pelatih PSBS Biak,” kata Mandenas.
Perekrutan pelatih dan pemain asing asal Argentina oleh manajemen PSBS mendapatkan tanggapan dari mantan pelatih Persipura yang juga berasal dari negeri Tango, Angel Alfredo Vera.
“Kalau pelatih asal Argentina pasti mau pemain dengan karakter yang sama, aku pikir itu alternatif yang bagus. Pemain-pemain asing dari Argentina dan Brasil selalu jadi opsi yang bagus untuk tim [di Indonesia],” kata Vera kepada Jubi, Sabtu (1/6/2024).
Legenda Persipura yang juga pengamat sepak bola Papua, Nando Fairyo sependapat dengan Alfredo Vera. Kata Nando, karakter keras pemain asing Argentina sangat cocok untuk klub-klub Papua
“Tentu butuh penyesuaian, tapi ditunjang pelatih dari Argentina juga berarti karakter keras Argentina cocok dengan karakter PSBS Biak. Tinggal cepat penyesuaian sebagai pemain profesional dimanapun berada,” kata Nando.
Dari Soler hingga Fergonzi
Tak hanya pesepakbola Amerika Latin asal Brasil yang pernah memperkuat klub-klub sepak bola Papua. Sejumlah nama dari Argentina juga tercatat pernah menancapkan karier mereka di Tanah Papua, mulai dari pemain hingga juru racik.
Pesepakbola Argentina untuk pertama kalinya berkarier di klub sepak bola Papua pada Liga Indonesia 2004. Fernando Gaston Soler menjadi orang Argentina pertama dalam sejarah yang berkarier di Papua dengan memperkuat Persipura Jayapura.
Tak banyak waktu yang dilalui striker kelahiran Buenos Aires, 24 Februari 1978 itu saat berkostum Merah Hitam. Soler hanya bermain semusim dengan membuat penampilan sebanyak 24 kali dan mencetak 14 gol.
Musim 2005, tim Mutiara Hitam yang dilatih oleh perwira Angkatan Laut, Rahmad Darmawan, menggaet tiga pemain asing asal Argentina. Mereka yakni Adrian Trinidad, Victor Sergio dan Cristian Silva. Dari tiga nama tersebut, hanya Sergio dan Silva yang menembus skuad Persipura di Liga Indonesia 2005. Sayang, Silva hanya memperkuat Persipura di putaran pertama. Sedangkan Sergio bertahan hingga akhir musim dan ikut berandil membawa Persipura juara untuk pertama kalinya.
Saudara muda Persipura, Persidafon Dafonsoro dari Kabupaten Jayapura juga pernah mendatangkan pemain asing asal Argentina, Juan Marcelo Cirelli. Pemain berposisi bek itu berkarier di klub berjuluk Gabus Sentani pada musim 2010-2012. Ia turut membawa Persidafon promosi ke Divisi Utama ISL tahun 2011. Ia bermain sebanyak 54 kali dan membuat 11 gol untuk Persidafon.
Di tahun 2014, tim Mutiara Hitam kembali diperkuat oleh pemain Argentina. Robertino Pugliara berposisi gelandang serang direkrut untuk mengisi posisi yang ditinggalkan playmaker Liberia, Zah Rahan Krangar yang hijrah ke klub Malaysia, Felda United.
Pugliara mencicipi kesuksesan pada debutnya bersama Persipura. Ia membawa tim Mutiara Hitam menjadi runner up Liga Indonesia 2014 dan semifinalis Piala AFC 2014. Pugliara tampil sebanyak 24 kali dan mencetak 4 gol pada musim 2014-2016. Pemain kelahiran 1984 itu tak banyak bermain karena kerap mengalami cedera. Begitu pula pada kedatangan keduanya di Persipura tahun 2017.
Pada pertengahan musim kompetisi Indonesia Soccer Championship (ISC) A tahun 2016, manajemen Persipura mendatangkan pelatih Argentina, Angel Alfredo Vera untuk menggantikan posisi Jafri Sastra. Eks pelatih Persela Lamongan dan Persebaya Surabaya itu kemudian menjadi penyelamat bagi Mutiara Hitam dan mengakhiri kompetisi ISC A sebagai juara. Vera pergi dari Persipura pada April 2017 dan digantikan oleh Liestiadi.
Alfredo Vera kembali bereuni dengan Persipura pada kompetisi Liga 1 2021-2022. Vera didatangkan kembali oleh manajemen Persipura untuk menggantikan Jacksen Tiago yang menuai hasil buruk dalam 12 laga. Tugas Vera cukup berat ketika itu, ia harus mengangkat Persipura dari zona degradasi. Vera kemudian memboyong serta kompatriotnya, Ramiro Fergonzi pada putaran kedua untuk mempertajam lini depan Persipura.
Kehadiran eks striker Bhayangkara FC itu tak banyak membantu Persipura. Fergonzi hanya bermain sebanyak 14 kali dan mencetak 3 gol. Hingga penghujung kompetisi, Vera dan Fergonzi gagal mengangkat posisi Persipura lebih tinggi. Pengoleksi 4 gelar juara Liga Indonesia itu akhirnya harus terdegradasi untuk kali pertama di era kompetisi profesional. Vera dan Fergonzi akhirnya hijrah ke Persita Tangerang membawa serta Nelson Alom, Dede Sulaiman, Israel Wamiau, Elisa Basna dan Ricky Kayame.
Argentina Connection di PSBS Biak Numfor
Jelang Liga 1 2024/2025, klub promosi PSBS Biak mencoba peruntungan dengan mendatangkan trio Argentina. Juan Esnaider sebagai pelatih, beserta Julian Velazquez berposisi bek dan Abel Arganaraz sebagai striker.
Argentina connection yang akan memperkuat relasi di skuad PSBS itu diharapkan bisa memberikan dampak pada permainan skuad Badai Pasifik musim depan.
Julian Velazquez adalah eks bek terbaik di kompetisi sepak bola Bolivia saat memperkuat klub Jorge Wilstermann. Di klub semifinalis Piala Libertadores 1981 itu, Velazquez bermain sebanyak 29 kali dan mencetak 3 gol.
Sedangkan Abel Arganaraz merupakan penyerang tajam saat membela klub juara tiga kali Liga Andorra, Inter Club d’Escaldes. Di klub biru hitam itu, Arganaraz mencetak 15 gol dari 23 penampilan.
Alfredo Vera memprediksi PSBS Biak akan tampil bagus dengan adanya Argentina Connection di Liga 1 musim depan. Ia menilai sepak bola Papua cocok dengan karakter Argentina.
“Pasti akan cocok. Karena pemain-pemain Papua juga punya kualitas yang sama bagus,” kata Vera.
Menurut Nando Fairyo, PSBS Biak dengan skuad yang ada saat ini bakal memberikan persaingan yang ketat bagi kontestan Liga 1 lainnya.
“Prediksi saya bisa eksis di papan tengah saja. Itu sudah berhasil sebgai pendatang baru. Banyak faktor yang diperlukan untuk berprestasi, tergantung racikan pelatih di dapur PSBS nanti. Bagaimana makanan terbaik untuk dinikmati publik pencinta sepak bola,” kata Nando. (*)
Artikel ini sudah terbit di Jubi.id