Jayapura, Jubi TV– Upaya penyelamatan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens (37) yang disandera kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat pimpinan Egianus Kogoya sejak 7 Februari 2023 lalu masih terus berjalan. Akan tetapi, TNI/Polri menjalankan upaya itu dengan mengedepankan kehati-hatian.
Kepala Operasi Damai Cartenz, Kombes Faizal Ramadhani menjelaskan proses pencarian Mehrtens kini sudah meluas dengan penempatan pasukan TNI di Kabupaten Nduga, Lanny Jaya, Yahukimo hingga Puncak. Tim negosiasi yang dipimpin langsung Penjabat Bupati Nduga, Namia Gwijangge juga terus merundingkan pembebasan pilot Susi Air itu.
“Memang sempat terdeteksi [bahwa] kelompok Egianus Kogoya berada di Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya. Namun, ketika personel TNI-Polri tiba di wilayah tersebut, keberadaan kelompok itu sudah tidak terlihat dan diyakini telah kembali ke Nduga,” kata Faizal di Kota Jayapura, Kamis (6/4/2023).
Kelompok TPNPB yang dipimpin Egianus Kogoya telah membakar pesawat pilatus milik maskapai Susi Air yang mendarat dan menurunkan penumpang di Lapangan Terbang Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, pada 7 Februari 2023 lalu. Mereka juga menyandera pilot pesawat itu, Philip Mark Mahrtens.
Pada 14 Februari 2023, TPNPB merilis foto dan video pembakaran pesawat Susi Air dan Philip Mark Mahrtens yang disandera kelompok Egianus Kogoya. “TPNPB-OPM Komando Nasional umumkan resmi foto dan video bersama pilot New Zealand (NZ). Pilot asal NZ baik dan sehat,” kata Juru Bicara TPNPB, Sebby Sambom saat itu.
Pada 10 Maret 2023, TPNPB kembali merilis video kondisi Philip Mark Mahrtens. Dalam video berdurasi 27 detik itu ,Mehrtens yang berkebangsaan Selandia Baru tampak mengenakan celana krem, topi dan jaket biru bercorak hitam. Pilot Susi Air itu duduk di tengah, diapit para anggota TPNPB yang menenteng senjata api.
Faizal mengatakan pihaknya tidak ingin bertindak gegabah, mengingat Kogoya memiliki rekam jejak melakukan pembunuhan, dan keselamatan Mehrtens menjadi hal yang paling utama. Apalagi Kogoya biasanya tidak cuma menggertak.
“Kogoya ini biasanya tidak cuma menggertak, tapi langsung lakukan apa yang dia katakan. Makanya kami tidak boleh gegabah,” tegasnya.
Berbeda dari kasus Mapenduma
Kepala Operasi Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadhani mengatakan kasus penyanderaan pilot Susi Air tersebut berbeda dan tidak bisa dibandingkan dengan kasus penyanderaan 26 peneliti yang disandera kelompok bersenjata Kelly Kwalik pada 1996, yang lebih dikenal dengan kasus penyanderaan Mapenduma. Proses pencarian para sandera dalam kasus penyanderaan Mapenduma tidak terlalu sulit, karena jumlah korban maupun penyandera yang banyak, sehingga jejak pergerakan mereka selalu terlihat.
Dalam penyanderaan Mehrtens, hanya ada seorang sandera, dan pelaku penyanderaan juga tidak terlalu banyak. Hal itu membuat proses pencarian lebih sulit, dan wilayah pencarian menjadi sangat luas.
“Luas wilayah pencarian [Mehrtens] di empat kabupaten sekitar 43.566 kilometer persegi. Lebih besar di banding luas Jawa Barat [yang mencapai 35.378 kilometer persegi]. Tentu membuat kami membutuhkan waktu untuk mencari keberadaan pilot,” ujarnya.
Disamping wilayah pencarian yang luas, kata Faizal menjelaskan bahwa pencarian keberadaan Mehrtens juga terkendala minimnya infrastruktur dan jaringan telekomunikasi di wilayah pencarian. Meskipun banyak menemui kendala, dirinya memastikan tim gabungan TNI/Polri akan berusaha maksimal untuk menyelamatkan Mehrtens dalam keadaan hidup.
“Semua pihak harus bisa bersabar dan memberi dukungan dalam bentuk apapun, agar operasi itu bisa segera dilakukan. Kami minta dukungan doa, karena kami akan terus maju untuk menyelamatkan pilot,” katanya. (*)
Artikel ini sudah terbit di jubi.id dengan judul: Upaya penyelamatan pilot Susi Air masih terus berlangsung