Jayapura, Jubi TV – Terdegradasinya Persipura Jayapura ke kasta kedua kompetisi musim depan memunculkan berbagai kritikan dan masukan dari khalayak pecinta klub berjulukan Mutiara Hitam itu dan masyarakat Papua. Tak terkecuali dengan Eduard Ivakdalam yang merupakan legenda hidup Persipura.
Legenda yang akrab disapa Edu itu turut menyayangkan klub yang telah membesarkan namanya itu harus terdegradasi ke Liga 2 setelah 28 tahun lamanya bertahan di Liga 1.
Menurut Edu, momen tersebut harus dimanfaatkan sebagai bahan introspeksi bagi seluruh pihak yang terlibat dalam tim Mutiara Hitam, mulai dari manajemen, pelatih, hingga pemain agar membenahi sejumlah aspek yang masih terdapat kekurangan.
“Seperti yang kita tahu bahwa masyarakat semua sangat peduli dan perhatian sekali dengan Persipura. Mereka melihat bahwa Persipura ini adalah simbol harga diri orang Papua. Semua saran dan kritikan dari masyarakat dan berbagai pihak harus diterima dengan kerendahan hati,” kata Edu kepada awak media Jubi, Kamis (7/4/22).
Kata Edu, terdegradasinya Persipura ini juga seolah menjadi teguran bagi pihak klub agar bisa mengikuti tren persepakbolaan modern untuk menjadi berkembang dan mengelola klub dengan baik secara profesional.
Pasalnya, Edu melihat persaingan di kompetisi sepak bola Indonesia di era sekarang ini sangat ketat dan setiap tim sudah lebih berkembang.
“Ini seperti teguran buat kita karena kita hanya berjalan saja di tempat dan beberapa musim terakhir kita tidak mendapatkan prestasi. Tim lain sudah berbenah dan kita masih menggunakan metode lama. Harus mengikuti tren yang modern, jangan ketinggalan karena seluruh tim sudah berbenah dan semua bergerak ke arah profesional dan modern. Sepak bola selalu berkembang, jadi kalau kita tidak bergerak dan masih stagnan kita pasti akan ketinggalan jauh,” sebutnya.
“Ini momen yang tepat untuk membenahi semua, mulai dari manajemen, dan berpikir sepak bola yang modern dan profesional, menghargai pemain, pelatih dan semua yang ada dalam tim dan semua harus diperhatikan dengan baik. Sehingga tuntutan dari manajemen nantinya tidak bisa dibantah lagi. Kita jangan bicara soal profesional tapi kalau masih diurus secara amatir, yah sama saja nanti,” tambah Edu.
Sementara itu, pemerhati sepak bola Papua, Pdt Rainer Scheunemann, juga menyebut sudah saatnya tim sekelas Persipura belajar tentang perkembangan sepak bola modern agar bisa menjadi tim yang benar-benar profesional.
Menurutnya, Persipura masih memaakai metode lama, mulai dari sistem pengelolaan, sistem pembinaan, hingga strategi bermain.
“Sistem atau metode yang digunakan Persipura sudah tidak modern. Sistem pembinaan juga tidak berjalan dengan baik dan sistem strategi bermain juga tidak modern. Krisis ini sebenarnya baik untuk membuat perubahan dalam tim Persipura. Pemain yang ada sekarang harus dipertahankan kontraknya dan pembinaan lewat kompetisi internal Persipura harus kembali dilakukan,” ujar Scheunemann. (*)
untuk menjadi berkembang dan mengelola klub dengan baik secara profesional.
Pasalnya, Edu melihat persaingan di kompetisi sepak bola Indonesia di era sekarang ini sangat ketat dan setiap tim sudah lebih berkembang.
“Ini seperti teguran buat kita karena kita hanya berjalan saja di tempat dan beberapa musim terakhir kita tidak mendapatkan prestasi. Tim lain sudah berbenah dan kita masih menggunakan metode lama. Harus mengikuti tren yang modern, jangan ketinggalan karena seluruh tim sudah berbenah dan semua bergerak ke arah profesional dan modern. Sepak bola selalu berkembang, jadi kalau kita tidak bergerak dan masih stagnan kita pasti akan ketinggalan jauh,” sebutnya.
“Ini momen yang tepat untuk membenahi semua, mulai dari manajemen, dan berpikir sepak bola yang modern dan profesional, menghargai pemain, pelatih dan semua yang ada dalam tim dan semua harus diperhatikan dengan baik. Sehingga tuntutan dari manajemen nantinya tidak bisa dibantah lagi. Kita jangan bicara soal profesional tapi kalau masih diurus secara amatir, yah sama saja nanti,” tambah Edu.
Sementara itu, pemerhati sepak bola Papua, Pdt Rainer Scheunemann, juga menyebut sudah saatnya tim sekelas Persipura belajar tentang perkembangan sepak bola modern agar bisa menjadi tim yang benar-benar profesional.
Menurutnya, Persipura masih memakai metode lama, mulai dari sistem pengelolaan, sistem pembinaan, hingga strategi bermain.
“Sistem atau metode yang digunakan Persipura sudah tidak modern. Sistem pembinaan juga tidak berjalan dengan baik dan sistem strategi bermain juga tidak modern. Krisis ini sebenarnya baik untuk membuat perubahan dalam tim Persipura. Pemain yang ada sekarang harus dipertahankan kontraknya dan pembinaan lewat kompetisi internal Persipura harus kembali dilakukan,” ujar Scheunemann. (*)