Jayapura, Jubi TV– Pernyataan Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC yang mendukung penguasa dan perusahaan untuk meloloskan Program Strategis Nasional (PSN) di Kampung Wogikel dan Wanam, Merauke, Papua Selatan, telah tersebar luas di media sosial.
Pernyataan tersebut dianggap sangat kontroversial, dan berujung pada pro-kontra di Tanah Papua. Tetapi sampai saat ini Uskup Merauke belum klarifikasi.
Banyak desakan muncul agar Uskup Merauke segera mengklarifikasi pernyataannya agar tidak menimbulkan “kegaduhan” dalam tubuh hierarki Gereja Katolik di Tanah Papua.
Sebab pernyataan uskup tersebut dinilai merugikan masyarakat adat dan umat Katolik di Kampung Wogikel dan Wanam, Merauke.
“Selama ini umat Katolik sangat menghormati para klerus, apalagi seorang Uskup. Namun pernyataan, bahkan sikap dan keberpihakan uskup yang pro pada penguasa dan pengusaha ini memberikan citra baru pasca gereja berada di tengah-tengah umat selama 118 tahun,” demikian siaran pers Stenly Dambujai dan Kris Dogopia kepada Jubi di Jayapura Papua, Senin (14/10/2024).
Selama ini, demikian siaran pers tersebut, umat Keuskupan Agung Merauke hidup dalam tekanan yang luar biasa, terutama dari sejumlah perusahaan yang menekan habis-habisan terhadap ruang gerak dan sumber-sumber kehidupan. Umat berharap agar gereja hadir, setidaknya dapat menjaga keseimbangan hidup.
“Namun, kehadiran Mandagi (Uskup Merauke) yang rentan pro pada orang yang berkuasa dan kaya menambah kekhawatiran pada nasib dan masa depan umat pribumi.”
Ketidakberpihakan Uskup Merauke pada umatnya yang lemah dianggap menjadikan umat semakin tidak mempercayai uskup Merauke.
“Umat Katolik di sini tidak berdaya karena pengaruh klerikalisme sangat kental dalam postur gereja Katolik di sini. Umat takut menegur klerus walaupun sudah tahu ada kesalahan fatal sekalipun.”
Maka, pada Minggu (13/10/2024), pukul 10:30–11:00 WIT, Stenly Dambujai dan Kris Dogopia dan kawan-kawan melakukan aksi spontan di halaman Gereja Katolik Paroki Kristus Terang Dunia Waena, Kota Jayapura, Papua.
Aksi ini bertujuan untuk memrotes Uskup Agung Merauke yang lebih mendukung Program Strategis Nasional (PSN), daripada masyarakat adat atau umatnya.
“Aksi ini merupakan aksi kedua untuk memprotes pernyataan Uskup (Merauke) yang kontroversial. Tentu aksi damai ini dilakukan setelah misa kedua di paroki ini.”
“Aksi macam ini akan tetap dilakukan setiap hari minggu. Bisa berhenti apabila Uskup Mandagi dapat melakukan klarifikasi secara resmi di media massa. Kalau tidak, kami akan terus bersuara dimana-mana; saat ini sedang melakukan konsolidasi agar setiap gereja di Tanah Papua dan luar Papua melakukan aksi protes yang sama pada setiap hari minggu.”
Uskup Mandagi diharapkan bersikap rendah hati, agar mampu menjadikan harapan dan kecemasan umat menjadi harapan dan kecemasan dirinya, sebagai pimpinan gereja Katolik di Keuskupan Agung Merauke. (*)
Artikel ini sudah terbit di Jubi.id