Manokwari, Jubi TV – Emma Karubaba (40), perempuan Papua yang terpaksa melanjutkan usaha mendiang suaminya, Jhon Karubaba, sejak lima tahun silam. Ia menjalankan usaha minyak di samping Pasar Ikan Sanggeng, Kelurahan Sanggeng Distrik Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari, Papua Barat.
Usaha rintisan berupa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan atau SPBN yang dikelola mandiri itu ia tekuni dengan mengerjakan enam pekerja yang merupakan orang asli Papua.
“Saya melanjutkan usaha ini sejak lima tahun terakhir, suami saya meninggal dunia. Tapi [selama ini] tidak pernah pemerintah perhatikan,” kata Emma saat ditemui di rumahnya di kompleks pasar Sanggeng, Senin (5/9/2022).
Sebagai perempuan Papua, ia berharap pemerintah dapat membantu demi memajukan usaha rintisan suaminya.
“Saya sebagai perempuan Papua berharap pemerintah dapat membantu kami. Masa pengusaha dari luar bisa maju, mengapa kita orang asli Papua tidak bisa,” ucapnya.
Menurutnya, membangun usaha SPBN minimal merogoh kocek sekitar Rp200 juta, itupun melalui proses panjang.
Usaha ini, kata dia, hanya membantu para nelayan untuk mendapatkan kebutuhan bahan bakar agar bisa pergi mencari ikan.
Di tengah kenaikan harga BBM
Emma mengaku, Pemerintah memiliki kewenangan untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sebagai pengusaha ia tentu mematuhi apa yang telah ditetapkan. demikian demikian pemerintah juga perlu memberikan perhatian.
“Bagi kami kenaikan harga BBM itu kewenangan pemerintah. Kami tidak bisa menolak. Tetapi perlu juga pemerintah memperhatikan SOP kuota BBM yang kami dapat selama ini,” kata Emma.
Kuota BBM yang didapat dari Pertamina untuk SPBN jenis Pertalite sekitar 100 Kiloliter dalam satu bulan. Sementara Bio Solar ia dapat 20 Kiloliter. Dari kuota itu, pengelola SPBN harus membagi dengan baik agar bisa sampai pada penghujung bulan.
“Karena kuotanya terbatas dibandingkan dengan banyak nelayan maka kebijakan kami setiap pekan dua kali, yakni pada hari Selasa dan Sabtu,” katanya.
Meski menyalurkan BBM kepada nelayan kerap tidak seperti yang diharapkan, karena kuota tersebut minimal nelayan mendapat 35 liter.
Dikatakan bahwa ia sudah berusaha mengusulkan agar mendapatkan tambahan kuota BBM. Usahanya mengusulkan dengan mengusulkan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Manokwari.
“Sedang saya usulkan, semoga pemerintah melalui bapak bupati dapat memperhatikan kebutuhan ini, minimal kami mendapat tambahan 50 Kiloliter,” ucap Emma.
SPBN yang dikelolah Emma merupakan satu-satunya di Kabupaten Manokwari yang melayani warga nelayan.
Para nelayan harus mengantre untuk mendapatkan BBM jenis Pertalite . Mereka mengantre dengan isian jerigen di SPBN secara berjejeran.
Hendrik, seorang nelayan yang tinggal di Kompleks Borobudur Manokwari, mengaku dia harus mendapatkan jerigen hari ini untuk BBM agar bisa melaut.
“Ia kita taruh jerigen sekarang biar besok [Selasa, 6 September 2022] kita bisa dapat BBM agar bisa melaut,” ucap Hendrik.
Dia mengaku membawakan dua jerigen sejak Senin pagi. Saat di lokasi sudah banyak jerigen yang mengantre.
Mathias, warga nelayan yang tinggal di Sanggeng, juga mengaku harus mengantre pada hari ini. Meski besok (Selasa) baru disalurkan.
“Kami sering mencari ikan di lepas pantai di Manokwari. Kebutuhan minyak iya 100 hingga 200 liter baru mencukupi. Tapi kalau kita hanya dapat 35 liter, iya kita syukuri saja,” ucap Mathias.
Untuk mensiasati agar mendapat tambahan BBM Mathias kerap membeli BBM eceran di pinggir jalan.
“Soal harga BBM bagi kami itu nomor dua, yang paling penting stok di SPBN mencukupi tidak masalah,” ucapnya. (*)
Artikel ini sudah terbit di Jubi.id dengan judul: Emma Karubaba Perempuan Papua, pengelolah SPBN di Manokwari