Jayapura, Jubi TV– Kabinet Perdana Menteri baru Papua Nugini ada kementerian yang khusus mengurusi perkebunan kopi. Tak heran kalau Menteri Kopi, Joe Kuli, ingin melihat rencana Pemerintah meningkatkan produksi dan ekspor kopi terpenuhi.
Kuli mengatakan selama pertemuan dengan manajemen Coffe Industry Corporation Limited (CICL) di Port Moresby
“Arus kas dan kebutuhan sehari-hari terpenuhi melalui keringat dan kerja keras yang dilakukan orang-orang kami untuk bekerja di tanah,” katanya sebagaimana dilansir The National
Ia menambahkan proyek jalan kopi menjadi prioritas untuk mempermudah akses petani ke pasar.
Kuli juga ingin melihat lebih banyak penyuluh yang ditempatkan di pemerintah tingkat kabupaten dan daerah untuk mengembalikan kepercayaan dan antusiasme yang pernah dimiliki petani di industri ini.
“Kita harus menempatkan lebih banyak petugas penyuluh di lapangan untuk [mendorong] apa yang kita lakukan,” katanya.
Dia mengatakan Perdana Menteri James Marape memberinya portofolio “tanpa struktur”.
Chief Operations Officer CICL, Steven Tumae, memberi pengarahan kepada Kuli tentang program dan aspirasi yang dimiliki industri dalam mencapai target pemerintah sebesar tiga juta kantong kopi pada tahun 2030.
“Selama masa Paias Wingti, kami memiliki sekitar 500 petugas penyuluh yang dikerahkan di distrik-distrik tersebut. Saat ini, hanya ada 38 petugas penyuluh kopi yang melayani 17 provinsi penghasil kopi tersebut,” katanya.
Paias Wingti adalah Perdana Menteri Papua Nugini periode 1985-1988 dan 1992-1994. Selama kepemimpinannya lebih fokus pada perkebunan kopi, hingga tak heran jika petani kopi di sana menyebutkan bahwa kopi adalah green gold atau emas hijau karena banyak menghasilkan keuntungan waktu itu.
Apalagi Wingti pernah menjadi Gubernur Provinsi Dataran Tinggi Barat dari 1995-1997 yang terkenal dengan perkebunan kopi. Pertanian kopi terbesar berada di Goroka dan dengan jalan produksi pertanian kopi diangkut ke Kota Lae, pabrik kopi terbesar milik Nescafe.
Produksi kopi di Papua Nugini adalah ekspor terbesar kedua di negara itu, setelah kelapa sawit, dan pertanian sekitar 2,5 juta orang (masih butuh rujukan) Ini mencakup sekitar satu persen dari produksi dunia, menurut Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD).
Kopi adalah penghasil devisa tertinggi untuk Papua Nugini, yang sebagian besar ditanam di Provinsi Dataran Tinggi Timur, Provinsi Dataran Tinggi Barat, dan Simbu. Dengan industri yang tidak berasal dari sistem berbasis perkebunan kolonial, produksi sebagian besar dilakukan oleh petani kecil dengan kepemilikan lahan yang tumbuh hanya 20 pohon per plot di “kebun kopi” di samping tanaman subsisten. Terutama di tempat-tempat terpencil, produk ini sebagian besar disertifikasi sebagai “kopi organik”. (*)
Berita ini sudah diterbitkan di Jubi.id dengan judul: Menteri Kopi ingin dongkrak petani kopi Papua Nugini