Jayapura, Jubi TV– Menyambut Paus Fransiskus di kediamannya, Sir Francis Sir Bob Bofeng Dada, Gubernur Jenderal Papua Nugini atau PNG memuji advokasi Gereja Katolik untuk perdamaian, keadilan, hak asasi manusia, dan tindakan melawan perubahan iklim.
Sebelum menuju APEC Haus di Port Moresby untuk bertemu dengan otoritas sipil, Paus Fransiskus melakukan kunjungan kehormatan kepada Gubernur Jenderal Papua Nugini, Sir Bob Bofeng Dada, di Gedung Pemerintah di pinggiran ibu kota Konedobu, Sabtu 7 September 2024. Demikian dikutip Jubi.id dari Vaticannews.va, Sabtu (7/9/2024)
Gubernur Jenderal PNG dalam pidatonya dengan hangat menyambut Paus atas nama pemerintah dan rakyat Papua Nugini, sambil menekankan makna historis dan spiritual dari kunjungan tersebut.
Mengingat kehadiran Gereja Katolik di negara itu dimulai sejak pertengahan abad ke-19, ia menyadari peran pentingnya dalam pendidikan, kesehatan, dan perawatan rohani, serta upaya berkelanjutan untuk menghadirkan layanan pendidikan dan kesehatan hingga ke daerah-daerah paling terpencil.
Advokasi Gereja, HAM dan perubahan iklim
Sir Bofeng Dada juga memuji advokasi Gereja untuk perdamaian, keadilan, penghormatan terhadap martabat manusia dan kesetaraan gender, serta seruannya untuk tindakan global untuk mengatasi perubahan iklim, yang berdampak parah pada pulau-pulau terpencil Papua.
Ia lebih lanjut menyoroti kemitraan pemerintah dengan Gereja, khususnya dalam memberikan dukungan dana dan mengintegrasikan pekerja Gereja, ke dalam sistem penggajian pemerintah, yang menandakan komitmen mendalam terhadap kolaborasi Gereja-Negara di Papua Nugini.
Gubernur Jenderal mengakhiri sambutannya dengan menyampaikan bahwa kunjungan Paus Fransiskus, akan memberikan dampak rohani yang abadi bagi masyarakat Papua, dan memohon doa dari para pemimpin dan rakyat negeri ini, agar dapat semakin menguatkan iman dalam menghadapi tantangan global.
Sementara itu Paus Fransiskus mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Jenderal karena telah membuka “pintu-pintu negara Anda yang indah, yang begitu jauh dari Roma namun begitu dekat dengan hati Gereja Katolik.”
Ia memberikan penghormatan kepada rakyat negeri ini, yang mendiami negara kepulauan dengan ratusan pulau dan di mana lebih dari delapan ratus bahasa digunakan, masing-masing mewakili kelompok etnis yang unik, dan menyebutnya sebagai “kekayaan budaya yang luar biasa.”
Paus Fransiskus mengatakan bahwa negara ini juga kaya akan sumber daya alam, yang merupakan “barang-barang yang ditakdirkan oleh Tuhan untuk seluruh masyarakat,” meskipun bantuan dari luar diperlukan dalam memanfaatkannya.
“Sudah sepantasnya kebutuhan masyarakat setempat diperhatikan saat menyalurkan hasil dan mempekerjakan pekerja, agar dapat meningkatkan taraf hidup mereka,” katanya.
Upaya ini memerlukan tanggung jawab dan kerja sama yang besar untuk mengembangkan sumber daya ini secara adil dan berkelanjutan,” katanya.
Mengatasi ketegangan
Paus menyampaikan harapannya agar kekerasan suku di negara itu berhenti, sehingga tidak ada lagi korban dan kehidupan dapat membaik.
Ia mengimbau semua pihak untuk “dengan tegas memulai jalan yang mengarah pada kerja sama yang membuahkan hasil demi kepentingan seluruh rakyat negeri ini.”
“Dialog dapat membantu menemukan jalan ke depan sehingga kesehatan, pendidikan, dan kesempatan untuk pekerjaan yang bermartabat dapat ditingkatkan,” imbuhnya.
Menumbuhkan harapan dan nilai-nilai spiritual
Sambil memastikan setiap orang memiliki akses terhadap kebutuhan dasar hidup, orang-orang juga “membutuhkan harapan besar di dalam hati mereka” untuk hidup sepenuhnya dan bermakna, lanjut Paus, menjelaskan bagaimana pandangan spiritual yang lebih luas diperlukan yang berakar pada iman.
“Nilai-nilai spiritual sangat memengaruhi pembangunan kota duniawi dan semua realitas temporal. Dengan kata lain, nilai-nilai ini merasuki jiwa, dan mengilhami serta memperkuat setiap proyek.”
Paus menjelaskan bagaimana moto kunjungannya ke Papua Nugini diringkas dalam satu kata: “Berdoa.”
Ia menekankan bagaimana “masyarakat yang berdoa memiliki masa depan, mendapatkan kekuatan dan harapan dari atas.”
Sikap yang penuh doa, imbuh Paus Fransiskus, mendatangkan kebebasan batin, sebagaimana gambar burung cendrawasih pada logo Perjalanan, sama seperti pada bendera nasional merupakan simbol kebebasan, “kebebasan yang tidak dapat dikekang oleh siapa pun dan apa pun karena kebebasan itu ada di dalam diri kita, dan dijaga oleh Tuhan yang adalah kasih dan menghendaki anak-anak-Nya bebas.”
Iman membantu masyarakat
Paus kemudian mengatakan bagi mereka yang mengaku beriman Kristiani, yang merupakan mayoritas umat, ia mengungkapkan harapannya yang kuat, agar iman mereka lebih dari sekadar ketaatan pada ritual dan ajaran, dan dibedakan “dengan kasih kepada Yesus Kristus dan mengikuti-Nya sebagai murid.”
Iman, katanya, “dapat menjadi budaya yang hidup, yang menginspirasi pikiran dan tindakan, serta menjadi mercusuar cahaya yang menerangi jalan ke depan.”
Ia memuji ekspresi iman yang hidup dari komunitas Kristen dan atas pekerjaan amal yang mereka lakukan di negara ini, serta mendorong mereka untuk bekerja sama dengan lembaga-lembaga publik dan semua orang yang beritikad baik.
Sebagai penutup, Paus Fransiskus mengenang kesaksian cemerlang dari Beato Peter To Rot, bersama dengan Beato John Mazzucconi, PIME, dan semua misionaris yang mendedikasikan hidup mereka di sini, memberikan kekuatan dan harapan kepada umat.
“Semoga Santo Mikael sang Malaikat Agung, pelindung surgawi Papua Nugini, selalu menjagamu, melindungi mu dari segala bahaya, dan melindungi Pemerintah serta seluruh rakyat negeri ini.” (*)
Artikel ini sudah terbit di Jubi.id