Jubi TV – Kekerasan di Kabupaten Pegunungan Bintang belum reda. Setelah SMAN 1 Oksibil dibakar pada tanggal 5 Desember lalu, Selasa (14/12/2021) pagi, SMP Negeri Serambakom di Distrik Serambakom juga dibakar oleh orang tak dikenal. Meskipun aparat keamanan menuding kelompok bersenjata yang disebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) oleh aparat keamanan sebagai pelaku pembakaran tersebut, namun belum ada klaim dari kelompok bersenjata ini. Masyarakat setempat juga tidak mengetahui siapa yang membakar dua sekolah ini.
Kepala Kepolisian Resor Pegunungan Bintang, AKBP Cahyo Sukarnito menyebutkan sejumlah warga mengungsi setelah SMP Negeri Serambakom terbakar. Ada sekitar 40 warga yang mengungsi ke Gereja Katolik di Serambakom. Gereja ini disebut juga sebagai Kapela.
Cahyo menambahkan aparat TNI/Polri ditembaki kelompok bersenjata saat membantu mengevakuasi para warga mengungsi ke kapela. Menurut Cahyo, kontak tembak antara pasukan gabungan TNI/Polri dan kelompok bersenjata itu berlangsung satu jam lebih. Namun tak ada korban dalam kontak tembak itu.
Pernyataan kepolisian ini berbeda dengan pernyataan pihak Gereja Katolik tempat warga mengamankan diri. Pater James Kossay, Pastor Paroki Roh Kudus Mabilabol Pegunungan Bintang mengaku sedang bersama warga di Kapela St. Petrus Serwan pada hari Selasa (14/12/2021), hari yang sama dengan pembakaran SMP Negeri Serambakom.
Masyarakat tidak diantar atau diamankan dari rumah mereka ke tempat ‘pengungsian’ sebagaimana yang diberitakan.
Pater menuturkan, sehari sebelumnya (Senin, 13/12/2021) telah terjadi kontak tembak antara kelompok bersenjata yang dikenal sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dengan aparat keamanan di Kampung Wambakon, Distrik Serambakon. Kontak tembak ini berlangsung sejak pukul 04.30 hingga 05.30 pagi.
Pada Selasa pagi, sekitar pukul 05.00 – 06.00 waktu setempat, api terlihat dari SMP Negeri Serambakom. Rupanya SMP itu sudah terbakar. Tidak ada yang mengetahui apa penyebab SMP tersebut terbakar. Pater Kossay mengatakan kalaupun SMP itu dibakar orang, siapa yang membakarnya belum bisa dipastikan.
Tiga jam setelah SMP terbakar, terjadi kontak tembak lagi. Kontak tembak ini berlangsung sekitar 3 jam lamanya. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam kontak tembak ini. Saat kontak tembak ini terjadi, warga Distrik Serambakom sedang berada di Kapela
“Saya bersama umat di Kapela pada jam 10.00 – 15.00 waktu setempat,” jelas Pater Kossay.
Saat itu, menurut Pater Kossay, masyarakat memang berada di sekitar Kapela untuk mempersiapkan natal gereja. Sehingga warga yang berjumlah 60-70 orang itu langsung mengamankan diri di kapela tersebut.
Pater Kossay membantah pernyataan Kapolres yang mengaku anggotanya ditembaki kelompok bersenjata saat sedang mengevakuasi warga dari rumah mereka untuk mengungsi ke gereja.
“Masyarakat mengamankan diri, bukan mengungsi. Masyarakat tidak diantar atau diamankan dari rumah mereka ke tempat ‘pengungsian’ sebagaimana yang diberitakan. Masyarakat saat itu sedang kerja persiapan natal di halaman kapela dan semua langsung mengamankan diri di halaman kapela,” Pater Kossay menegaskan kembali kronologis peristiwa pada hari Selasa itu.
Bahkan Pater Kossay menyebutkan saat peristiwa kontak tembak itu terjadi, tidak ada satupun polisi yang datang membantu mengamankan warga di kapela.
“Saya di TKP, tidak ada satu pun polisi yg datang,” kata Pater Kossay. (*)