Jubi TV – Keuskupan Katolik Papua Nugini dan Kepulauan Salomon, tersentuh atas seruan pemimimpin Kristen di Papua Barat pada tahun 2021 tentang kemanusiaan, keadilan, kebenaran dan keamanan para jemaat mereka.
“Kami telah berdoa kepada Tuhan untuk mengarahkan kami untuk dapat mengekspresikan simpati dan solidaritas kami. Ia berbisik kepada kami untuk terus mengingat penderitaan saudara-saudara kami dengan sepenuh hati, sebagaimana kami mempersiapkan perayaan kelahiranNya di dunia, pada hari Natal,” tulis juga Presiden Catholic Bishops Conference of Papua New Guinea and Solomon Islands (CBC PNGSI), Anton Bal dalam siaran pers yang diterima Jubi TV, Rabu (22/12/2021).
Anton Bal yang juga Uskup Madang menjelaskan ketika serangan dan kekerasan terjadi, anak-anak tertembak oleh peluru, masyarakat bersembunyi atau melarikan diri melewati perbatasan, menandakan ada sesuatu yang salah dengan hubungan antar-manusia.
Presiden Gereja Injili di Indonesia atau GIDI, Pdt Dorman Wandikbo, mengatakan tahun ini masih banyak warga di berbagai wilayah Papua merayakan Natal di pengungsian. Misalnya di Distrik Suru-suru, Kabupateb Yahukimo, di Kabupaten Nduga, di Ilaga, Kabupaten Puncak, dan berbagai daerah lain. Mereka mengungsi karena kekerasan bersenjata yang terjadi di kampung mereka.
“Hari ini kita dari daerah ini, bisa menikmati Natal. Tetapi, saudara-saudara kita di daerah Yahukimo di [Distrik] Suru suru, Nduga, Ilaga [Kabupaten Puncak], masih ada yang mengungsi. Mereka tidak menikmati Natal. Mereka ada dalam hutan,” kata Pdt Dorman Wandikbo usai meresmikan Gereja GIDI Jemaat Yerusalem Danggena di Distrik Wollo, Kabupaten Jayawijaya, Selasa (21/12/2021).
Bal menegaskan tidak ada argument yang disengaja, inisiatif legislatif, perkembangan pembangunan, dan aktivitas militer yang dapat membawa kedamaian dan harmoni. Hal tersebut hanya dapat terjadi karena kerendahan hati dan kesediaan untuk mendengar dari seluruh pihak, dimulai dengan senjata yang paling kuat dan lebih baik.
“Kami percaya bahwa 58 (lima puluh delapan) tahun konflik telah cukup membuktikan bahwa isu Papua Barat belum terselesaikan dan tidak akan pernah ada dalam kondisi sekarang,” lanjutnya.
Gereja Katolik Papua New Guinea dan Kepulauan Solomon meyakini bahwa persepsi Melanesian tentang ‘tanah’ sangatlah kuat, kultural dan juga spiritual. Hal tersebut tidak bisa diabaikan. Tidak ada ‘tanah kosong’ dalam tradisi Melanesia. Orang, suku dan tempat tinggal leluhur adalah satu dan makhluk yang sama.
Kompromi politik mungkin tidak mudah dan tidak datang dengan cepat. Sebagai prasyarat, dibutuhkan larangan total atas penggunaan kekuatan dan tekad untuk berunding sampai tercapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak.
Bal meminta PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), negara-negara Asia Tenggara dan Melanesia membantu memudahkan proses. Kesepakatan dan resolusi masa lalu membutuhkan negosiasi dan penyesuaian lebih lanjut karena perdamaian dan keamanan gagal terwujud. (*)