Jubi TV – Panglima TNI Jendral Andika Perkasa mengunjungi Papua Barat. Manokwari kota pertama yang didatangi kemudian berlanjut ke Sorong. Di Manokwari, selain melakukan tinjauan di lokasi vaksinasi masal di lapangan Borasi Manokwari. Panglima juga melakukan pertemuan dengan jajaranya di Markas Kodam XVIII Kasuari dan meninjau beberapa fasilitas di Kodam.
“Yang sudah kami lakukan di akhir November, membuat satuan-satuan yang ada di Papua dan Papua Barat melakukan tugas penting yang normal seperti halnya diluar Papua dan Papua Barat” kata Jendral TNI Andika Perkasa kepada wartawan di Lapangan Borasi Manokwari, Kamis (23/12-2021).
Ia menjelaskan kalau di angkatan darat ada satuan teritorial seperti Koramil, Kodim, Kodam, begitu juga di Angkatan Laut. Ada Lantamal, dibawahnya ada Pos Angkatan Laut, juga di Angkatan Udara.
“Jadi kita ingin beraktifitas sama seperti di daerah lain. Itu bisa kok. Indikator apapun di daerah lain juga bisa dan saya yakin di Papua dan Papua Barat pun bisa” tuturnya.
Dikatakan bahwasanya ada masalah-masalah keamanan karena ada warga masyarakat punya senjata api ilegal, itu juga ada di daerah lain. Dan ternyata bisa didapatkan kembali dengan komunikasi sosial tanpa perlu ada korban.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM Papua meminta TNI agar berlaku humanis terhadap Masyarakat di Maybrat, Papua Barat.
“Kami minta kepada TNI agar berlaku humanis terhadap warga di Maybrat dan kalau mungkin mendampingi mereka bersama-sama dengan tim Komnas yang sudah saya tugaskan mendapingi masyarakat” kata Frits Ramandey.
Dalam suasana natal seperti ini Komnas HAM menyampaikan bahwa masyarakat yang mau pergi lihat rumah mereka, bisa pergi saja. Komnas Ham juga mendesak Gubernur Dominggus Mandacan mengambil langkah kongkrit sebab sudah empat bulan masyarakat berada di lokasi pengungsian.
“Kalau Gubernur tidak merespon, kami akan mempertanyakan tanggung jawab negara melalui Gubernur untuk pemenuhan HAM itu seperti apa” tegasnya.
Pegiat HAM di Papua Barat, Yohanes Mambrasar dalam keterangan persnya mengatakan rakyat Papua mengalamai ketidakadilan dalam berbagai aspek.
“Kami melihat TNI menjadi salah satu pihak yang turut melakukan kekerasan terhadap masyarakat sipil Papua,” kata mambrasar.
Ia mencontohkan kasus Maybrat yang mereka dampingi. Ia melihat langsung bagaimana pendekatan militer dilakukan dalam menangani konflik di Maybrat itu. Ia melihat TNI menjadi salah satu aktor yang paling banyak melakukan kekerasan terhadap masyarakat sipil di Maybrat dalam berbagai macam bentuk kekerasan misalnya penganiayaan, penangkapan dan teror.
Situasi yang sama juga dialami oleh masyakat Tambrauw, mereka banyak mengalami kekerasan paska pembangunan pos-pos TNI, pengaman proyek jalan Trans Papua Barat dan pembangungan Kodim di Tambrauw serta beberapa Koramil baru di berbagai distrik.
Menurutnya, pendekatan militer pada berbagai konflik dan juga operasi non konflik (pengamanan proyek pemerintah dan operasi teritori lainnya-red) sangat tidak efektif menciptakan perdamaian di Papua. Sebaliknya pendekatan operasi milter dan pembangunan Kodim dan Koramil menjadi pemicu atau ruang lahirnya kekerasan militer terhadap masyarakat sipil.
Kunjungan Panglima TNI ini kata Mambrasar, menjadi momen baik bagi TNI mengevaluasi kebijakan keamanan di Papua dengan tidak lagi menggunakan metode pendekatan keamanan berbasis operasi militer.
“Panglima harus mengevaluasi kinerja para pimpinan-pimpinan TNI di tingkat Makodam hingga Koramil, pasukan organik maupun non organik. Serta ia harus mendorong aparatnya (TNI) untuk lebih profesional dan humanis dalam bertugas,” ujarnya.
Lanjut Mambrasar, jika panglima TNI berkomitmen untuk menyelesaikan konflik Papua dan mau membagun perdamaian di Papua maka dia harus berani untuk menarik banyak pasukannya dari Papua dan serta menghentikan pendekatan pembangunan satuan-satuan militer baru di tingkat kabupaten (Kodim), distrik (Koramil) dan Babinsa.
https://twitter.com/jubidotcom/status/1474049250287751169
“Jika itu tidak dilakukan maka saya melihat kunjungannya ini memiliki tujuan lain,” katanya.
Panglima Kodam XVIII Kasuari, Mayjen TNII Nyoman Cantiasa sebelumnya kepada wartawan mengatakan, pihaknya telah meminta Dandim Maybrat untuk terus kordinasi dan menghimbau kepada masyarakat yang masih takut pulang ke kampung.
“Saya sudah minta Dandim Maybrat agar menyampaikan kepada masyarakat yang masih mungkin takut pulang ke kampung agar segera pulang ke kampung. Kan besok mau natal” kata Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, Rabu (22/12-2021).
Berbeda dengan Mambrasar yang menyebutkan TNI sebagai salah satu aktor yang paling sering melakukan kekerasan terhadap warga sipil, Pangdam mengatakan di Maybrat ada ancaman dari pihak yang berseberangan secara ideologi pada masyarakat.
“Saya juga sampaikan kepada saudara-saudara kita yang masih mengancam masyarakat kita, tolong berikan kesempatan mereka (yang mengungsi-red) kembali ke rumah untuk merayakan natal” ujarnya.
Pangdam menyebutkan sekitar 350 orang sudah kembali ke kampungnya. Bahkan kata dia, sekolah sudah buka kembali. (*)
Reporter : Adlu Raharusun
Editor : Victor Mambor