Jayapura, Jubi TV– Kementerian luar negeri mengatakan kepada calon reporter Jubi di Sekolah Jujur Bicara (SeJubi), dalam dunia diplomasi, jurnalisme memiliki kekuatan besar yang turut menentukan baik tidaknya anggapan dan citra masyarakat internasional terhadap Indonesia.
“Sekarang senjata yang paling berbahaya itu adalah berita, informasi, pemberitaan media menjadi senjata soft yang berbahaya yang bisa membuat negara bersaing ataupun bekerja sama” kata Hartyo Harkomoyo, Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri, pada salah satu sesi di SeJubi, Kantor redaksi Jubi, Waena, Kota Jayapura, baru-baru ini.
Ada pun pandangan negara lain tentang Indonesia, berdasarkan data dan analisa Kementerian luar negeri adalah 16 persen pemberitaan positif dari media internasional, 79 persen pemberitaan netral tentang Indonesia dari media internasional.
Data yang didapatkan tersebut didapatkan dari informasi yang disebarkan oleh media-media yang ada baik secara nasional maupun internasional. Pemberitaan berita dapat menciptakan pandangan dari negara lain terhadap negara tersebut.
Kementerian luar negeri memfasilitasi media untuk mendukung jurnalisme dalam meliput kegiatan diplomasi seperti mengundang jurnalisme dalam meliput helatan internasional, seperti kegiatan G20 summit dan KTT Asean.
Kementerian luar negeri membuat program mengundang jurnalisme asing untuk datang ke Indonesia dan meliput atau yang disebut dengan Journalis Visit Program(JVP). Melakukan kerja sama media antarnegara.
Hartyo Harkomoyo mengatakan tugas pertama jurnalis adalah memberikan pengetahuan kepada pembaca dan membawa pembaca melakukan sesuatu yang baik.(*)
Artikel ini sudah terbit di jubi.id