Sumber daya alam diambil secara terus menerus dan tanpa jeda, hal itu akan menimbulkan kerusakan alam yang tidak terpulihkan
Jubi TV – Tradisi “sasi” – atau pemberlakuan larangan untuk mengambil sumber daya alam sebuah kawasan dalam jangka waktu tertentu – oleh masyarakat adat Papua efektif untuk memulihkan kondisi lingkungan sebuah kawasan. Tradisi “sasi” harus direvitalisasi dan diberlakukan secara ketat.
Hal itu dinyatakan Ata Lucky dari Perkumpulan Pemuda Generasi Malaumkarta Sorong, Papua Barat selaku pembicara webinar Bincang Iklim Asik Papua yang berlangsung Sabtu (2/4/2022). Menurutnya, tradisi “sasi” efektif menjaga sumber daya alam tidak dirusak hanya untuk kepentingan sesaat, tanpa memikirkan generasi selanjutnya.
“Sebelum ada peraturan negara, peraturan adat atau kampung sudah ada lebih dulu. Makanya, kami ingin mengingatkan masyarakat, agar ‘sasi’ harus kembali, diberlakukan secara ketat guna menghalau orang-orang jahat yang datang ingin merusak alam Papua,” kata Lucky.
Lucky menyatakan potensi sumber daya alam di Bumi Cenderawasih sangat banyak. Namun sumber daya alam itu belum dinikmati masyarakat adat Papua secara maksimal, antar lain karena perbedaan pendapat di antara warga tentang pengelolaan sumber daya alam tersebut.
Akan tetapi, jika sumber daya alam diambil secara terus menerus dan tanpa jeda, hal itu akan menimbulkan kerusakan alam yang tidak terpulihkan. Pemberlakukan tradisi “sasi” akan menjadi jeda kerusakan alam yang disebabkan aktivitas manusia, sehingga lingkungan yang rusak dapat pulih secara alami.
Praja Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara, Victoria F Papuanita menyatakan alam Papua sangat indah, kaya dan beragam. Keberagaman alam itu memiliki struktur yang berbeda-beda, namun saling terkait dan penting untu dilestarikan demi generasi berikutnya.
Ia menilai pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah program atau konsep pemerintah yang bertujuan mensejahterakan masyarakat tanpa harus merusak alam. Daya kritis generasi muda sangat dibutuhkan untuk memastikan pembangunan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yang tidak terpulihkan.
“Sejauh ini, belum semua generasi muda dilibatkan atau diberikan akses dalam perencanaan pembangunan. Saya mau mengajak mereka untuk sama-sama menjaga lingkungan dan alam, demi generasi kita yang akan datang. Kalau bukan kita siapa lagi,” ujarnya.
Adrian Pramana dari Hutan Itu Indonesia mengatakan peran masyarakat yang mendiami kawasan hutan sangat penting dalam menjaga kelestarian hutan. “Kita tidak bisa menyalahkan masyarakat setempat, tapi sebagai anak muda harus bisa mencari solusi agar perusakan tidak meluas,” kata Adrian.
Ia mendorong peranan anak muda dalam advokasi kebijakan hutan. “Kita tidak perlu menjadi ahli dalam setiap bidang, tapi minimal sebagai anak muda harus punya peranan dalam menjaga keberlangsungan lingkungan dan alam kita,” ujarnya. (*)