Wollongong, Jubi TV– Lima film produksi Jubi Documentary yang disupervisi Watchdoc Documentary diputar pada sembilan lokasi di Australia pada acara yang digagas pendiri Jubi.id, Victor Mambor bertajuk ‘West Papua Mini Film Festival I’ pada 9-21 April 2024.
Kelima film dokumenter tentang Tanah Papua itu adalah ‘Sa Pu Nama Pengungsi’, ‘Saat Mikrofon Menyala’, ‘Mutiara Hitam Para Jenderal Lapangan’, ‘Suara dari Lembah Grime’, dan ‘Pepera 1969: Integrasi Demokratis?’. Kelima film ini sebelumnya telah diluncurkan di Yogyakarta dan Jakarta pada Agustus 2023.
Kelima film karya anak Papua itu bertujuan mengenalkan Papua lebih luas kepada publik di Australia tentang situasi kondisi terkini orang Papua.
Team Jubi Documentary juga akan berkeliling di Australia untuk menampilkan film-film tersebut. Kegiatan diawali, dari Wollongong, kemudian Sydney, Canberra, Adelaide, Brisbane, Lismore, Hobart, Melbourne, dan berakhir di Darwin.
Pemutaran film perdana dilaksanakan di Universitas Wollongong pada Selasa (9/4/2024). Sedangkan pemutaran film kedua di Sidney Mechanis School Of Arts pada Rabu (10/4/2024). Pada kedua lokasi hadir puluhan penonton dari mahasiswa, pelajar, orang-orang tua, dosen, aktivis, dan lainnya.
Apresiasi penonton di kedua lokasi sangat mengharukan. Rugare Mugumbate, dosen Universitas Wollongong yang berasal dari Zimbabwe memberikan apresiasi yang sangat mendalam saat sesi diskusi usai pemutaran.
“Saya mengapresiasi kawan-kawan West Papua yang telah memproduksi film-film ini yang menunjukkan situasi West Papua saat ini ke publik bahwa ras kulit hitam masih berada dalam rasisme,” katanya.
Staf pengajar di School of Health and Society, Universitas Wollongong itu mengatakan ras kulit putih masih selalu memperlakukan rasis bangsa kulit hitam. Ia menjelaskan tentang dua negara bagian di Afrika yang masih dijajah oleh bangsa kulit putih. Hal itu menurutnya sama dengan praktik rasisme yang terjadi di West Papua (Tanah Papua).
“Saya juga berencana akan menuliskan tentang isu West Papua di blogspot dan website pribadi saya agar praktik rasisme terhadap ras kulit hitam di West Papua dapat diketahui oleh dunia,” kata doktor itu.
Pada hari kedua pemutaran film yang diadakan di Universitas Sydney, pendiri Proyek West Papua di Pusat Studi Perdamaian dan Konflik, Universitas Sydney Dr Jim Elmslie juga mengapresiasi film-film dokumenter produksi Jubi Documentary.
“Anak-anak muda harus mengembangkan kreativitasnya dengan mendokumentasikan permasalahan melalui film, buku untuk menyelesaikan konflik yang berkepanjangan di Tanah Papua,” ujarnya.
Saat membuka festival pada hari perdana di Universitas Wollongong, pendiri Media Jubi Victor Mambor mengatakan Jubi Documentray bekerja sama dengan Project West Papua yang berada di Universitas Wollonggong menyelenggarakan Festival Film Mini West Papua perdana di Australia.
“Kami akan melakukan pemutaran film dokumenter yang diproduksi oleh Jubi keliling Australia,” ujarnya.
Mambor menjelaskan film-film yang dipertontonkan kepada publik di Australia tersbeut diproduksi lebih dari dua tahun dengan pengawasan oleh Watchdoc, sebuah rumah produksi audio-visual yang dikenal memproduksi film dokumenter bertema keadilan sosial.
“Film-film ini mengangkat tema umum tentang kemanusiaan dan dampak pelanggaran hak asasi manusia di West Papua agar persoalan Papua dapat diurai dan dapat dicari jalan keluarnya,” katanya.
Koordinator dan Dosen Proyek West Papua, University of Wollongong (UOW) Dr Camellia Webb Ganon saat memberikan sambutan di Wollongong pada Selasa (9/4/2024) mengatakan tujuan Proyek West Papua yang didorong di Universitas Wollongong untuk mempromosikan perdamaian dan keadilan di West Papua (Tanah Papua).
“Kami memantau kondisi hak asasi manusia di wilayah tersebut, termasuk hak masyarakat West Papua untuk menentukan nasibnya sendiri, yang dianggap oleh sebagian besar pemimpin West Papua sebagai inti konflik di tanah mereka,” katanya.
Camellia menjelaskan pihaknya bekerja sama dengan para pembuat kebijakan, media, dan pemangku kepentingan utama di West Papua, Australia, dan Indonesia untuk mendorong dialog produktif antara pihak-pihak yang berkonflik, serta mendidik masyarakat Australia tentang Papua Barat.
“Kami juga akan mengadvokasi persoalan hak asasi manusia West Papua dalam publikasi kami pada pertemuan puncak yang relevan, dan memfasilitasi solusi kebijakan terhadap permasalahan yang berkepanjangan di West Papua,” katanya.
West Papua Mini Festival I keliling Australia dimulai di UOW Main Campus University of Wollongong (Selasa, 9 April 2024), dilanjutkan di Henry Carmichael Theatre Sydney Mechanics School of Arts, Sydney (Rabu, 10 April 2024). Kemudian Canberra (Kamis, 11 April 2024), Adelaide (Sabtu, 13 April 2024), Brisbane (Minggu, 14 April 2024), Lismore (Senin 15 April 2024), Hobart (Kamis, 18 April 2024), Melbourne (Jumat, 19 April 2024), dan terakhir di Darwin (Minggu, 21 April 2024).(*)
Artikel ini sudah terbit di Jubi.id