Jayapura, Jubi TV– Ikatan Dokter Indonesia atau IDI Wilayah Papua mengecam penganiayaan yang diduga dilakukan Asisten 3 (Tiga) Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Mamberamo Tengah, Yuyur Yikwa terhadap dr Yordani Sumomba. Penganiayaan itu terjadi pada Selasa (5/11/2024), saat dr Yordani Sumomba sedang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Lukas Enembe, Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua Pegunungan.
Hal itu disampaikan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Papua, dr Donald Aronggear SpB (K) di Kota Jayapura, Papua, pada Kamis (7/11/2024). “Kami prihatin ada kasus pemukulan. Ada masalah apa pun, tidak boleh ada kekerasan fisik,” kata Aronggear kepada Jubi melalui panggilan telepon pada Kamis.
Menurut Aronggear, penganiayaan yang diduga dilakukan Yuyur Yikwa itu membuat dr Yordani Sumomba mengalami patah tulang pipi kanan, luka robek di pipi kanan, dan luka memar di punggung kanan. Aronggear menyebut terduga Yuyur Yikwa memakai kayu balok untuk menganiaya Yordani.
“Pejabat kan harusnya kan lebih mengertilah situasi, tidak boleh melakukan kekerasan fisik terhadap tenaga kesehatan. Mereka [tenaga kesehatan di RS Lukas Enembe] sudah lapor ke IDI Cabang Jayawijaya, dan IDI Cabang Jayawijaya melaporkan ke saya. Saya sudah konfirmasi ke Dinas Kesehatan [yang] mengambil satu sikap yang cepat untuk segera memberikan perlindungan [bagi tenaga kesehatan di Mamberamo Tengah,” ujar Aronggear.
Ia mengatakan penganiayaan itu akan berdampak terhadap situasi kerja tenaga kesehatan, termasuk dokter, yang melakukan pelayanan kesehatan di Mamberamo Tengah dan Provinsi Papua Pegunungan. Aronggear mengatakan pemukulan itu akan membuat dokter berpikir ulang untuk bekerja di daerah pedalaman Tanah Papua, khususnya di Mamberamo Tengah.
“Itu efek yang tidak baik untuk pelayanan [bagi] masyarakat. Bisa saja dia trauma lah untuk balik. Efeknya bukan ke korban sendiri. Orang-orang [tenaga kesehatan] yang mau datang juga [ada] kekhawatiran, takut bekerja, apa lagi di daerah yang sekarang ada kasus tersebut,” ujarnya.
Marah karena tak diberi obat
Kepala Dinas Kesehatan Mamberamo Tengah, Dotius Doga AMK SKM mengatakan penganiayaan terhadap dr Yordani Sumomba itu terjadi pada Selasa sekitar pukul 13.30 WP. Menurut Doga, sebelum penganiayaan itu terjadi, terduga pelaku mendatangi loket obat apotek RSUD Lukas Enembe, dan memaksa untuk diberi obat.
“Bapak [ini] datang-datang [mau] minta [obat] pereda nyeri. Tapi [petugas] di bagian loket obat sampaikan, ‘ke ruang dokter dulu, baru nanti dokter kasih resep, baru nanti kami akan layani’. Bapak ini tidak terima, dia langsung masuk ke ruangan dokter, pukul dokter [pakai] balok,” kata Doga saat dihubungi melalui panggilan telepon pada Rabu malam.
Doga mengatakan pelaku juga merusak bangunan dan fasilitas RSUD Lukas Enembe, dan mengejar para tenaga medis di sana. “Kaca depan [bangunan] rumah sakit, poliklinik, dan IGD [dirusak hingga] jatuh. Kaca depan di bagian belakang dapur gizi juga jatuh. [Dia terduga pelaku] kejar petugas satu-satu, semua lari kiri-kanan ke belakang rumah sakit. Pelakunya ini sudah ditangani polisi di Kepolisian Resor Mamberamo Tengah,” katanya.
Doga mengatakan dokter Yordani Sumomba dirujuk ke Rumah Sakit Wamena, dan selanjutnya akan menjalani pengobatan lanjutan di Makassar. “Dokter sore [itu] juga kami rujuk ke Wamena. Pada hari [Rabu] langsung ke berangkat ke Makassar,” ujarnya.
Pelaku ditahan polisi
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat atau Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Adi Prabowo menyampaikan informasi bahwa terduga pelaku Yuyur Yikwa telah diamankan Kepolisian Resor Mamberamo Tengah. Benny membenarkan informasi bahwa penganiyaan itu terjadi setelah terduga pelaku marah karena petugas apotek menolak memberi obat tanpa ada resep dari dokter.
“Kejadian terjadi pada Selasa sekitar pukul 13.35 WP. Oknum pejabat tersebut masuk ke ruangan apotek rumah sakit sembari berteriak, ‘we, kam kasih sa obat paracetamol ka, kalian tidak tahu kah saya ini siapa? Saya ini Asisten 3’,” ujar Benny menirukan ucapan terduga pelaku.
Menurut Benny, terduga pelaku Yuyur Yikwa yang marah lantas memasuki ruang kerja dr Yordani Sumomba. Di sana, terduga pelaku mengambil kursi dan melemparnya ke arah korban. Namun lemparan itu tidak mengenai korban.
“Selanjutnya, ia mengambil kayu balok ukuran 5 x 5 centimeter, memukul wajah dan punggung korban. Kejadian itu sontak membuat pasien yang datang berobat melerainya,” kata Benny.
Kepala Kepolisian Resor Mamberamo Tengah, Kompol Rahman menyatakan pihaknya telah menahan terduga pelaku Yuyur Yikwa. Ia mengatakan polisi belum sempat mengambil keterangan dr Yordani Sumomba selaku korban dalam peristiwa itu, karena dr Yordani dirujuk ke Makassar. “Saat ini pelaku beserta barang bukti kini telah diamankan di Polres Mamberamo Tengah,” kata Rahman.
Pelayanan kesehatan terganggu
Kepala Dinas Kesehatan Mamberamo Tengah, Dotius Doga AMK SKM mengatakan penganiayaan yang dilakukan terduga pelaku Yuyur Yikwa telah mengganggu aktivitas pelayanan di rumah sakit. Ia menyatakan pelayanan medis di poliklinik RSUD Lukas Enembe telah dialihkan untuk sementara waktu ke Puskesmas Kobakma.
“Poliklinik sementara tutup, pelayanan dialihkan ke Puskesmas Kobakma di dekat rumah sakit. Nanti setelah setelah permasalahan [itu] selesai, baru nanti [poliklinik] akan buka. [Pelayanan keadaan] darurat [di IGD] dan [pelayanan] ibu bersalin masih jalan, [namun] petugas stand by di rumah. Kalau ada [pasien] yang datang, [baru dia datang dan] layani,” ujarnya.
Doga sangat menyesalkan penganiayaan terhadap dokter Yordani Sumomba itu. Doga mengatakan penganiayaan itu akan menyulitkan Dinas Kesehatan Mamberamo Tengah untuk mendatangkan tenaga kesehatan ke Mamberamo Tengah.
Doga mengatakan hanya ada enam dokter umum dan satu dokter spesialis di Mamberamo Tengah. Salah satu dokter umum itu adalah dr Yordani Sumomba yang menjadi korban penganiayaan tersebut.
“Kita mau cari dokter susah. Dokter itu bukan anak dari Papua atau dari Mamberamo Tengah, tapi kami bawa datang dari jauh. Dapat pukul itu menurut saya tidak bagus. Saya rasa menyesal. Kami mau cari dokter [susahnya] setengah mati, di Papua ini hanya beberapa yang berani datang dan bertahan. Kalau ada yang bikin begitu, pasti besok-besok kalau kita butuh dokter lagi, kementerian tidak mau kirim. Berita ini sampai sudah Kementerian Kesehatan lewat Ikatan Dokter Indonesia,” katanya.
Jaminan perlindungan
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Jayawijaya, dr Lorina juga menyesalkan terjadinya peristiwa kekerasan fisik terhadap dokter Yordani Sumomba di RSUD Lukas Enembe. Lorina meminta pihak kepolisian melakukan investigasi dan menjalankan proses hukum terhadap terduga pelaku Yuyur Yikwa.
Lorina juga mendesak Pemerintah Kabupaten Mamberamo Tengah melakukan upaya nyata untuk menjamin setiap tenaga kesehatan di sana dapat bekerja dengan aman dan nyaman. Lorina meminta ada jaminan tertulis dari Penjabat Bupati Kabupaten Mamberamo Tengah bersama para anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Mamberamo Tengah dan para tokoh adat/tokoh masyarakat di sana.
“Perlu disusun regulasi perlindungan hukum bagi tenaga dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan tugas profesinya di Kabupaten Mamberamo Tengah,” kata Lorina dalam surat pernyataan sikap IDI Cabang Jayawijaya yang diterima Jubi pada Rabu malam.
Ketua IDI Wilayah Papua, dr Donald Aronggear SpB (K) juga menegaskan terduga pelaku penganiayaan itu harus diproses secara hukum untuk mempertanggungjawabkan tindakannya. Aronggear berharap tidak ada lagi penganiayaan terhadap dokter maupun tenaga kesehatan lain yang bekerja di Tanah Papua.
“Saya sudah [dapat] laporan bahwa yang bersangkutan [terduga pelaku] sudah diproses. [Dia harus] bertanggung jawablah dengan apa yang dia [perbuat]. Saya berharap ke depan tidak sampai begini. Sebagai pejabat harus memberikan contoh yang baik. [Penganiayaan] itu pembelajaran nggak baik, oknum pejabat yang memukul itu asisten [Sekretariat Daerah Kabupaten Mamberamo Tengah],” katanya.
Aronggear juga meminta Pemerintah Kabupaten Mamberamo Tengah memberi perlindungan bagi tenaga kesehatan di sana. Jaminan perlindungan itu penting agar tenaga kesehatan dapat bekerja dengan aman dan nyaman.
“Dokter [maupun tenaga kesehatan lainnya] yang bekerja di daerah pedalaman rentan terhadap kekerasan. Kasihan para tenaga kesehatan yang punya pengabdian tinggi. Kalau [pejabat daerah] menyakiti tenaga kesehatan, hubungannya dengan pelayanan [kesehatan bagi] masyarakat. Mereka [para tenaga kesehatan] sudah datang jauh-jauh. Siapa lagi yang melindungi [mereka] kalau bukan pemerintah daerah. Kita meminta Pemerintah Kabupaten Mamberamo Tengah memberi respon, statement [oleh] Bupati lah, bahwa ada rasa aman kerja di sana. Itu penting,” ujarnya. (*)
Artikel ini sudah terbit di Jubi.id