Manokwari, Jubi TV-Mandra, 47 tahun mengaku hanya bisa pasrah. Selama satu bulan ia bersama istrinya merawat Syafitri, anak perempuan bungsu berusia satu tahun di rumah kontrakan Wosi dengan pengobatan dan di beri makanan seadanya.
Rasa sakit bocah itu semakin hari tak kunjung sembuh. Kerap rewel hingga kedua orang tuanya bingung hendak berbuat apa, hingga Mandra memutuskan untuk pindah dari Kontrakan Wosi Distrik Manokwari Barat ke Distrik Orensbari Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat.
Mandra punya enam anak. Dia hanya sebagai pekerja serabutan. Kadang Ia sebagai nelayan kala cuaca di laut sedang baik. Namun juga kadang pekerja bangunan. Sedangkan istrinya Surianti kerap membantu pedagang di pasar mengupas kulit bawang, dengan penghasilan tak seberapa, suami istri itu hanya mampu membiayai makan dan membayar kontrakan.
“Anak Syafitri ini sakit, sesuai kata dokter bilang ini gizi buruk. Kita tidak tahu kalau ini gizi buruk. Sejak kita tinggal di kontrakan di Wosi, kita bawah ke Orensbari memang dalam keadaan sakit karena ada kerabat yang menjanjikan kerjaan sebagai petani di sana,” tutur Mandra saat ditemui di RSUD Manokwari, Jumat (19/5/2023).
Bocah itu tampak lemas di pangkuan Surianti, Ibunya nampak hidungnya terpasang selang infus diruangan terpisah dari pasien lain. Dalam ruangan IGD itu hanya ada dua pasien anak yang ditemani keluarganya.
Belum lama menapak kaki di tempat baru, Syafitri masih terus mengerang sakit. Bagian kepalanya terlihat membesar. Rambutnya terus berguguran. Mandra dan Surianti lalu membawa Syafitri ke Puskesmas Orensbari. “Kita bawa anak ke Puskesmas Orensbari, Lima hari yang lalau dan menurut tenaga medis, anak harus di bawah ke rumah sakit,” ucap Mandra, warga Buton Sulawesi Tenggara itu
Mandra dan Surianti lalu mengikuti saran petugas Puskesmas Orensbari dengan membawa Syafitri ke rumah sakit TNI Angkatan Laut di Manokwari, hanya bermodal nekad karena tak punya biaya. Asalkan buah hati mereka selamat.
“Beberapa hari di Rumah Sakit TNI AL, kita terpaksa harus keluar karena biaya, tetapi mau keluar tidak ada biaya kami mulai bingung harus bagaimana,” katanya
Dalam keadaan bingung memikirkan biaya rumah sakit, kebetulan lewat seseorang kenalan, lalu Surianti memberanikan diri untuk meminta tolong.
“Istri saya kenal ada pak haji waktu lewat di Rumah sakit, lalu ia meminta tolong kepadanya, Alhamdulillah kami dibantu biaya rumah sakit untuk anak,” ucapnya. Dia enggan menyebut nama kenalannya itu. Dia memanggilnya “pak haji”
Keluar dari RSAL Manokwari, Syafitri dibawah ke Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Manokwari untuk melanjutkan penanganan “tadi kita pindah ke sini (RSUD Manokwari) kita masih di ruangan Intalasi gawat darurat IGD,” ucapnya.
Suzy, Ketua Komunitas Yayasan Kemanusiaan Cahaya Sejahtera (YKCS) ditemui di RSUD Manokwari mengaku, Ia bersama pengurus YKCS mendatangi rumah sakit untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada bocah Syafitri yang sempat viral di aplikasi perpesanan WhatsApp dan Facebook. “Kami tergerak hati karena melihat postingan Ade Syafitri di sosial media, kami datang memang untuk memberikan bantuan kemanusiaan,” Suzy.
Suzy mengatakan, organisasi YKCS memang kerap memantau berbagai perilaku di sosial media terutama menyangkut kemanusiaan, seperti yang dialami bocah satu tahun ini. “Memang ini semacam gizi buruk, perlu perhatian kita semua untuk membantu keluarga ini,” tuturnya.
Tidak hanya memberi bantuan kepada Syafitri, komunitas YKCS juga sempat memberikan uang tunai kepada pasien seorang bocah yang bersebelahan dengan tempat tidur Syafitri.
Mandra mengaku kaget karena tiba-tiba orang-orang berdatangan membawa santunan atau bantuan yang diserahkan kepada Ia dan Istrinya.
“Tiba-tiba banyak yang datang memberikan bantuan, meminta kami punya nomor rekening,” ucapnya sembari menyampaikan terima kasih atas perhatian semua pihak.
dr. Maria Christina Mine Warwe, Sp. A, dokter RSUD Manokwari mengatakan, dari pemeriksaan klinis dan pemeriksaan Antropometri, Nur Syafitri terdiagnosa mengalami gizi buruk.
“Dia termasuk gizi buruk, dari klinis sudah nampak tanda-tanda gizi buruk, saya melihat tanda itu ke arah Marasmus Kwashiorkor, makanya penanganan ke arah pasien gizi buruk,” ucapnya.
Marasmus dan Kwashiorkor merupakan dua kondisi malnutrisi yang sering ditemukan pada anak-anak di negara berkembang. Sebabnya adalah kondisi kemiskinan keluarga yang membuat asupan makanan bergizi sulit dipenuhi.
dr. Mariah mengatakan pasien gizi buruk itu baru dirawat di RSUD Manokwari pada Rabu (17/5) sebelumnya dia dirawat di Rumah Sakit TNI AL. “Karena Pasiennya terkendala biaya dan tidak punya jaminan BPJS sehingga kami sarankan untuk dirawat di rumah sakit pemerintah atau RSUD Manokwari,” katanya
Menurut dokter penanganan pasien gizi buruk harus melewati beberapa fase. diantaranya fase stabilisasi itu waktunya bisa satu atau dua hari atau satu Minggu. Tergantung kondisi dan respons anak, lalu fase Transisi dan Fase Rehabilitasi
“Kalau saat ini masih fase stabilisasi pasien,” ucapnya
dr. Maria menambahkan bahwa kasus gizi buruk kerap ditangani di RSUD Manokwari, meski dia tidak menyampaikan data pastinya, namun ia memastikan setiap bulan selalu ada anak yang masuk dengan kondisi sakit berbeda, namun ketika dilakukan pemeriksaan medis terdapat temuan gizi buruk.(*)
Artikel ini sudah terbit di jubi.id dengan judul: Syafitri Gizi Buruk dan Kemiskinan