“Sesungguhnya ini adalah konsep ekosentrisme yang dipraktekan oleh masyarakat adat di Miyaah Tambrauw.”
Tambrauw Jubi TV-Masyarakat di Tambrauw Papua Barat masih menghargai nilai keanekaragaman hayati. Hal ini tampak dari upaya Pemimpinya melalui berbagai kebijakan terkait pelestarian hutan yang dijadikan spot pengamatan Burung Cendrawasih.
Masyarakat adat yang hidup dan berinteraksi dengan hutan sejak dahulu hingga kini memiliki pandangan yang baik dalam menjaga hutan. Sikap arif dalam berburu yang menggunakan senjata lokal panah, busur dan jerat menunjukan bahwa komponen ekologis di Tambrauw bernilai dan patut diperlakukan secara etis.
“Saya menulis ini ketika berada dalam suatu perjalanan ke Kampung Ayapokiar, Distrik Miyaah Kabupaten Tambrauw untuk tujuan pengamatan burung cenderawasih kecil [Paradiseae minor].”Tulis Samuel Sunder Erari Spd. MSi.
“Dalam perjalanan saya berdiskusi dengan seorang dosen dan juga peneliti dari Universitas Papua yaitu Dr. Sepus M. Fatem, S.Hut., M.Sc saya menimba banyak hal tentang konservasi Tambrauw, ini perjalanan akhir pekan sekaligus mendapat pembejaran sekitar 4 SKS tentang konservasi apabila diposisikan ke dalam kelas perkuliahan.”tuturnya sembari menyebut
“Pandangan saya tentang sikap arif terhadap alam [praktek ekosentrisme] di Kampuang Ayapokiar, Distrik Miyaah Tambrauw.” ucapnya
Hutan Tropis di Tanah Papua yang luasnya sekitar 9.713.134 Hektar, merupakan anugerah Tuhan bagi masyarakat adat, untuk mengelolanya dengan bijaksana.
“Bijaksana yang saya maksud kini saya jumpai dalam perjalanan kali ini ke Tambrauw, masyarakat adat di Tambrauw menghargai setiap ekosistem yang ada di sana” ucap akademisi Universitas Papua
Mereka menghargai setiap kupu-kupu yang ada di alam, juga menghargai setiap batu, tanah, air yang ada di kebun, mamalia, reptile, anggrek dan setiap pohon yang tumbuh di atas tanah mereka mendapat perlakuan yang beretika.
“Sesungguhnya ini adalah konsep ekosentrisme yang dipraktekan oleh masyarakat adat di Miyaah Tambrauw.”ungkapnya
Ekosentrisme adalah sebuah teori etika lingkungan yang prakteknya adalah menghargai komponen alam abiotik seperti tanah, air, batu, suhu dan biotik yaitu makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan bakteri, semua ini mendapat perlakuan moral yang sama.
“Bagi saya itu adalah wujud rasa syukur kepada sang pencipta alam semesta.”tutur Dosen Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Unipa
EKOSENTRISME
Menurut Erari, sebuah teori etika lingkungan dengan filosofis menghargai semua komponen ekologis dengan memandang bahwa semua itu bernilai.
Tidak hanya hubungan manusia dengan sesama manusia saja yang bernilai, bermoral dan beretika. Ekosentrisme mengajarkan manusia untuk memiliki pandangan baru yaitu semua tindakan harus berpusat pada alam, relasi manusia dan makhluk hidup lain harus bermoral konsep ini sering dikenal sebagai Deep Ecology atau salah satu versi teori ekosentrisme.
“Deep ecology memusatkan perhatian pada kepentingan jangka panjang, artinya semua prinsip moral dan etika yang dikembangkan tentu menyangkut dengan upaya-upaya pelestarian sumber daya alam dalam jangka panjang. Lantas semua itu bukan hanya sebuah konsep namun harus lewat aksi dan praktik nyata.” ucap Erari.
“Seandainya Arne Naes seorang Filsuf Norwegia yang memperkenalkan Deep Ecology di tahun 1973 masih hidup, saya yakin beliau akan mengunjungi Tambrauw. Karena apa yang Naes harapkan terwujud di sana.”sambungnya.
Menurutnya, mungkin Naes akan tinggal beberapa bulan lalu menulis teori baru lagi yang dikembangkan dari Deep Ecology.
Pokok Filsafat Naes dalam Deep Ecology adalah Ecosophi. Ecosophi mengalihkan pandangan kita bahwa pengetahuan tentang alam mengalami perubahan menjadi sebuah kearifan.
Artinya ilmu pengetahuan berubah menjadi sebuah kearifan dan manusia mengatur alam seperti mengatur rumah tangganya, merawat rumah tangganya setiap hari.
“Itu menjadi sebuah pola hidup, gaya hidup atau kebiasaan setiap hari. Bukan hanya sebuah konsep yang dirumuskan tetapi harus nampak dalam tindakan. Saya harus mengatakan bahwa masyarakat Miyaah di Tambrauw sudah menganut konsep Ecosophi yang dimaksud Naes.”
Melalui tulisan ini ia berharap kepada semua yang membaca untuk mendukung upaya-upaya konservasi di Tambrauw demi masa depan ekologis yang lebih baik. “Salam lestai” katanya.(*)