Jayapura, Jubi TV– Batik Papua khususnya Port Numbay (Kota Jayapura) semakin dikenal luas, bukan hanya di daerah asalnya tapi juga nasional hingga internasional.
Hal ini tidak lepas dari tangan-tangan terampil putra asli daerah yang terus mempertahankan eksistensi keberadaan batik di Kota Jayapura.
Di tangan Jimmy Afaar, pengrajin sekaligus pengusaha batik, batik khas Kota Jayapura bukan hanya sekedar melestarikan kearifan lokal, tapi juga sebagai simbol kekayaan daerah, yang harus terus dijaga dan dikembangkan.
“Dari sekian banyak motif dan bahan, motif Port Numbay semakin diminati masyarakat. Ini menandakan batik Port Numbay mengutamakan atau menjaga motif kearifan lokal,” ujar pemilik nama lengkap Jimmy Hendrick Afaar, di Jayapura, Sabtu (4/3/2023).
Sejak 2005 hingga sekarang, pria yang akrab disapa Jimmy ini mengaku hasil karyanya semakin banyak peminat di tengah gempuran motif-motif batik Papua.
“Setiap motif yang dikeluarkan punya cerita. Saya tetap mempertahankan filosofi dari batik itu sendiri, seperti dari Port Numbay yang sampai saat ini terus saya gunakan sebagai bahan dalam batik buatan saya,” ujarnya.
Mengangkat keindahan alam Papua ke helaian kain dan pakaian (batik tulis, printing atau cetak), seperti motif ikan, burung cenderawasih, dan burung camar menjadi kebanggaan karena mengingatkan keindahan atas fauna di Papua.
“Masyarakat senang melihat batik yang menceritakan filosofi motif dalam batik, sehingga tidak mengurangi kiprah kami untuk terus mempertahankan,” ujarnya.
Jimmy Affar mengisahkan bisnis ekonomi kreatif miliknya terinspirasi dari popularitas batik Jawa. Dari sana Jimmy belajar cara pembuatan batik dan membuka usaha sekaligus memberdayakan mama-mama Papua.
“Sekarang saya dibantu 15 orang. Batik Port Numbay ini diperkenalkan dalam sebuah peragaan busana pada bulan Agustus 2007. Bahan katun karena Papua beriklim tropis dengan suhu panas,” ujarnya.
Direktur Utama PT. Air Minum Jayapura Robongholo Nanwani (Perseroda), Entis Sutisna, mengatakan menggunakan rancangan perancang batik Jimmy Affar untuk seragam resmi guna melestarikan kearifan lokal.
“Saya mengapresiasi atas prestasi seniman Jimmy Affar dalam melestarikan keindahan alam Papua, yang dituangkan dalam goresan batik khas Papua terutama Port Numbay untuk seragam pegawai,” ujarnya.
Entis berharap dengan menggunakan batik karya dari Jimmy Afaar agar lebih dikenal pada event nasional sekaligus sebagai ajang promosi ketika pegawai sedang melaksanakan kegiatan di luar daerah.
“Saya yakin dengan adanya pegawai-pegawai kami yang dikirim dalam berbagai event ke luar Papua, akan secara langsung juga ikut mempromosikan hasil karya terbaik dari seniman Papua,” jelasnya.
Entis menambahkan logo PT Air Minum Jayapura Robongholo Nanwani (Perseroda) terdiri dari inisial R untuk Robongholo adalah nama lain dari gunung Cycloop di Sentani, N untuk Nanwani berasal dari bahasa Tobati, Nan yang artinya air dan Wani yang artinya baik.
Selain itu, logo terdiri dari dua warna dan tiga gelombang, yaitu warna hijau inisial R bentuk daun menunjukkan alam pegunungan Cycloop yang tetap lestari, warna biru inisial N menunjukkan kejernihan air terjun dari sumber air Cycloop, dan tiga gelombang yaitu menunjukkan sinergi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. (*)
Artikel ini sudah terbit di jubi.id dengan judul: Di tangan Jimmy Afaar, filosofi batik Port Numbay tetap dipertahankan