Jubi TV– Bantuan bahan makanan (BAMA) ke Kampung Idoor, Distrik Wamesa Teluk Bintuni Papua Barat terhalang Kubangan Lumpur di jalan Trans Papua Barat.
Forum anak asli 7 suku peduli Otsus dari Teluk Bintuni, menggalang dana secara internal dari Masyarakat asli 7 suku, hasil penggalangan dana digunakan untuk membeli Bama guna disalurkan ke warga terdampak banjir di Kampung Idoor, perbatasan dengan Kabupaten Fakfak.
Namun belum juga bantuan itu sampai ke lokasi, sekitar 6 kendaraan roda empat, Doubel garden jenis Hilux terpaksa harus berjibaku dengan jalan berlumpur antara Distrik Moskona dengan Distrik Wamesa.
“Kita dari Forum anak asli 7 suku peduli Otsus mengantar bamanke Kampung Idoor dengan menggunakan 6 kendaraan roda empat, Doubel garden, namun tidak bisa tembus” kata Tobias Mosoimen, dihubungi Sabtu (26/2-2022).
Menurutnya dari 6 kendaraan yang digunakan satu mobil rusak ditengah kubangan lumpur sementara 5 lainya tidak bisa tembus hingga akhirnya berbalik arah.
“Selain Forum anak asli 7 suku juga ada dari Dinas Sosial dan BPBD Bintuni dalam rombongan tersebut, namun semuanya berbalik arah” ujarnya.
Dikatakan, bahan makanan yang di sumbangkan sebanyak 50 Paket sembako. Sebagai bentuk kepedulian kepada sesama di Kampung Idoor yang terkena bencana banjir pada Kamis kemarin.
Salah satu bidang di Dinas Sosial Kabupaten Teluk Bintuni menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh Masyarakat Kampung Idoor karena, seharusnya bantuan yang di bawa telah sampai ke mereka namun terhalang jalan berlumpur.
“Kepada kepala Distrik dan seluruh warga kampung Idoor kami menyampaikan permohonan maaf, seharusnya bantuan ini sampai ke Kampung Idoor namun terhalang jalan berlumpur” katanya.
“Kami terpaksa harus kembali ke Teluk Bintuni sambil melihat cuaca apabila sudah bisa memungkinkan, kami kembali salurkan bantuan ini” tuturnya.
Bantuan dari Fakfak ke lokasi bencana
Wakil Ketua DPR Papua Barat, Saleh Seknun mengatakan, dia bersama tim komunitas Tikar Rasa asal Fakfak, mendatangi Distrik Teluk Patipi, di Kampung Patipi Pasir yang mengalami bencana gelombang tinggi pada Kamis lalu.
“Saya bersama komunitas Tikar Rasa, mendatangi Kampung Patipi Pasir untuk menyalurkan bantuan” kata Wakil Ketua DPR Papua Barat
Menurutnya, gelombang dan angin kencang menghantam kampung Patipi Pasir, hingga merobohkan rumah warga
“Setelah kami tiba dan melakukan pertemuan dengan Masyarakat, kami memperoleh informasi bahwa ada sekitar 55 Kepala Keluarga di kampung ini mengungsi di Balai Kampung sejak bencana kemarin” kata Seknun
Selain balai Kampung, sebagian warga juga mengamankan diri di Kantor dan perumahan milik Pemerintah Distrik. “Ada sebagian warga mengungsi di Kampung tetangga” tuturnya
Saleh juga menyebut, berdasarkan penuturan Masyarakat setempat, penyebab Kampung Patipi Pasir terkena gelombang Air laut karena, Talud penyangga didepan pantai roboh diterjang gelombang.
“Menurut warga memang ada batu pemecah gelombang, tetapi posisinya saat ini sudah dibawah permukaan air sehingga gelombang mudah masuk di dalam Kampung” tuturnya.
Butuh perhatian Pemerintah
Baik warga di Teluk Bintuni maupun di Kabupaten Fakfak membutuhkan perhatian Pemerintah, baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Pemerintah Pusat.
Tobias warga Bintuni berharap, Pemerintah melalui Kementrian atau Dinas Pekerjaan Umum PU dapat memperhatikan akses jalan trans Papua barat, penghubung Kabupaten Bintuni dan Fakfak.
“Kami berharap pemerintah melalui Dinas Pekerjaan Umum dapat melihat persoalan lumpur di jalan trans Papua Barat ini” kata Tobias.
Sebab menurutnya dalam keadaan darurat, seharusnya warga bisa tertolong karena bencana namun terhalang akibat kubangan lumpur di Jalan.
Hal yang sama juga disampaikan wakil Ketua DPR Papua Barat, Saleh Seknun setelah mengunjungi warga kampung Patipi Pasir.
“Warga berharap pemerintah Daerah, pemerintah Provinsi dan Pemerintah pusat dapat memperhatikan talud di Kampung-kampung pesisir seperti di Patipi Pasir”
Selain Talud, warga juga berharap Pemerintah dapat menyediakan pemecah gelombang di depan Kampung mereka. Sebab ketika terjadi gelombang dan angin, warga terpaksa mengungsi.(*)